Bangsa ini penghasil dan pemakan tempe, tapi bukan bangsa tempe. Terkadang tempe dianggap sepele, tidak ada nilai, tidak ada harga, bahkan dianggap makanan si miskin. Hari ini bangsa tempe menuntut keadilan,Â
Namaku Tempe, aku dikenal karena sejak zaman dulu menjadi makanan kerajaan-kerajaan di negeri ini. Aku dinamai  Tempe karena aku berasal dari bahasa Jawa kuno, Tumpi, berarti makanan yang berwarna putih. Meski sebenarnya aku dibuat dari kedelai hitam. Begitulah asal muasalku.
Tempe, makanan dari kedelai yang diproduksi berkat kerja keras mbok-mbok di berbagai tepat di negeri nan indah. Siapa yang tidak kenal  aku, Tempe. Dari ujung kota sampai ujung dunia,jagat pertempean selalu menggurita, memenuhi pasar, supermarket dan juga mal. Aku selalu dibeli manusia-manusia lintas generasi.Â
Aku sebenarnya makanan yang bermutu bagi yang tahu. Dalam tubuhku banyak terkandung  kalori, protein, sodium, lemak, karbohidrat, mangan,zat besi, kalsium, kalium, fosfor, thiamin, riboflavin, niasin, air. Karena begitu banyak kandungan nutrisi dalam tubuhku, aku menjadi idola bagi yang gemuk, bagi yang kurus, yang sakit, yang sehat, ibu-ibu, bapak-bapak. Semua isi bangsa mengidolakan aku. Â
Aku diciptakan untuk menjaga pikiran dan perasaan manusia yang memakanku. Aku membuat hidup orang yang makan tenang, damai dan tidak kelaparan.Â
Bahkan seluruh tubuhku  dapat mengontrol berat badan bagi orang-orang yang dipenuhi lemak, menjaga kesehatan tulang bagi orang-orang yang sering mudah keropos, menjaga kesehatan jantung bagi orang yang lemah jantung, meningkatkan kesehatan usus bagi orang yang selalu makan dengan jumlah yang kadang tak terbatas, menangkal radikal bebas yang selalui menghantui manusia-manusia, mencegah anemia agar darah manusia selalu bersih dan bebas berbagai penyakit, menjaga kesehatan pencernaan, menurunkan kolesteraol agar segalanya terkontrol.Â
Manusia pemakan aku selalu sehat, bukan hanya raga tetapi juga jiwa. Â
Aku dibuat di negeri ini, tapi banyak negara juga memakanku. Aku dikirim tidak hanya diberbagai daerah di negeri ini. Aku dikirim  ke Korea Selatan, Hongkong, Malaysia, dan Jepang. Penggila Tempe; Jepang, Inggris, Arab Saudi, Amerika Serikat, Singapura selalu memintaku untuk datang dalam jumlah berton-ton. Sampai jauh aku dikirim, karena itu kadang aku lelah dan mulai membusuk.Â
Tapi, aku selalu beruntung, manusia-manusia di tanah ini selalu menjagaku dan menyimpanku dengan sangat baik, hingga aku bisa awet muda, dan siap untuk disantap.Â
Hanya memang sayang, kedelai yang menjadi cikal bakalku mulai berkurang. Sedikit demi sedikit petani yang menamam cikal bakalku, kedelai, mulai berkurang. Pada akhirnya benihku harus didatangkan dari berbagai negara di belahan dunia sana. Aku tidak lagi menjadi murni dari suku dan rasku. Benihku bule tapi aku tetep saja tempe.Â