Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PR Itu Bukan Monster

28 Oktober 2022   22:04 Diperbarui: 28 Oktober 2022   22:08 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu banyak hal sebenarnya bisa dilakukan siswa dalam menguatkan karakter. Selayaknya guru ambil bagian dari seluruh proses ini. Namun, perlu dipahami juga, bahwa pekerjaan rumah yang harus terselesaikan siswa buka menguji kompetensi kepala, lebih dari itu juga sebagai sarana melatih kepekaan dan kepedulian. Untuk itulah guru perlu tahu seluruh konteks belajar siswa; satu per satu. 

Menumbuhkan Peduli, Menggali Arti

Memang mengelola PR sebenarnya bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi begitu hanyak guru yang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas, dan begitu banyaknya pelajaran yang harus dikuasai.  Tanpa kepaduan seluruh guru, tidak salah jika orang tua akan terus menganggapnya sebagai benalu atau pengganggu. 

Upaya memaksimalkan PR bisa saya dilakukan dengan melakukan penataan ulang seluruh tugas-tugas untuk siswa utamanya PR yang harus terjadwal, terorganisasi, dan terencana. Sekolah harus punya andil. Perlunya kerjasama dengan orang tua.

Jika selama ini PR terkadang dikerjakan dengan bantuan guru les dan orang tua sendiri, sudah sepantasnya anak diberikan kesempatan untuk mandiri, menghasilkkan karya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain.

Kurikulum merdeka sudah mengakomodasi proses ini dengan tidak menentukan sebanyak mungkin materi yang harus diselasaikan seorang siswa. Seharusnya seluruh tugas dan pekerjaan sudah terselesaikan di kelas, kecuali yang memang menghendaki proses lain, seperti latihan kemandirian dan kepedulian di rumah. Lalu, mengapa PR itu masih dianggap benalu, beban bagi siswa? 

Kegembiraan siswa dalam melaksanakan seluruh proses belajar memang sangat ditentukan bagaimana setiap siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Maka, meyakinkan bahwa seluruh proses pendidikan terjadi bukan hanya di kelas tetapi juga di rumah sudah selayaknya menjadi tugas bersama. Jangan sampai lenyapnya PR dari dimensi pendidikan justru menurunkan kualitas belajar siswa. Karena sebenarnya bisa saja siswa  bersembunyi dibalik telpon pintarnya dengan alasan ini-itu. Jika itu terjadi, sebenarnya kita telah ikut andil dalam membuat generasi tanpa arti dan  generasi yang tidak peduli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun