Stasiun televisi GTV menurunkan laporan yang menarik sekaligus bikin jengkel. Penjaga Pantai Anyer, Dede Sulaiman mengatakan, "Meski ramai kabar korona, wisawatan tetap berkunjung ke pantai."
Padahal Gubernur Banten telah menetapkan korona sebagai kejadian luar biasa. Presiden Jokowi juga sudah menghimbau masyarakat agar bekerja, berdoa, dan belajar di rumah masing-masing untuk mencegah penularan virus korona.
Diketahui bahwa sebagian pengunjung wisata di Pantai Anyer adalah wisatawan lokal dari Jakarta dan Tangerang. Kepala daerah dua wilayah itu memang telah menutup obyek-obyek wisata demi kebaikan warga.
Sampai sekarang, memang objek wisata di Kabupaten Pandeglang belum ditutup. Akibatnya, objek wisata di wilayah ini justru dipadati pengunjung dari daerah-daerah yang menerapkan penutupan objek wisata sebagai antisipasi penyebaran virus korona.
Di media sosial, warga(net) Indonesia banyak yang meminta pemerintah melakukan lockdown, eh nyatanya malah liburan korona. Memang unik ya, warga +62. Di medsos ngegas kritik pejabat yang ragu lockdown, tapi di kehidupan nyata mungkin santuy-santuy saja menghadapi korona.Â
Bahaya apa yang mengintai saat orang diminta tinggal di rumah tapi malah liburan korona? Ada tiga bahaya mengintai!
1. Menjadi rawan menularkan dan tertular korona
WHO saja sudah memberi peringatan dengan menyatakan korona sebagai pandemi. Artinya wabah penyakit global yang harus diwaspadai karena virus korona jenis baru ini sangat menular.Â
Satu orang terjangkit korona bisa menulari banyak orang yang kontak dekat dengannya, melalui cairan batuk dan bersin. Nah, jika orang terjangkit Covid-19 justru jalan-jalan liburan korona ke tempat ramai, bisa dibayangkan bahaya kesehatan yang ia timbulkan bagi banyak orang.Â
Orang sehat yang justru liburan korona ke lokasi di mana banyak orang berkerumun sama saja membiarkan diri rawan tertular korona. Ini suatu hal yang tidak bisa dibiarkan berlangsung terus.
2. Menjadi pembawa korona tanpa gejala korona