Mohon tunggu...
Arif Zakiyul Mubarak
Arif Zakiyul Mubarak Mohon Tunggu... Novelis - Pengamat Politik, dan Akademisi Ushuluddin dan Filsafat

Fortis Fortuna Adiuvat, & Ad Maiora Natus Sum (Keberuntungan akan berpihak kepada si pemberani, & Aku di lahirkan Untuk hal yang lebih besar)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memanusiakan Manusia

29 Agustus 2024   14:17 Diperbarui: 29 Agustus 2024   14:31 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah ungkapan "hukum memaksa seseorang untuk tunduk dan patuh, namun norma dan akhlaq lebih memanusiakan manusia."

Berbagai kasus pencurian yang sering terjadi di kota Konoha telah menyita perhatian pemerintahnya. Seolah kasus ini menjadi PR yang wajib di tuntaskan. Namun, pemerintahan di kota tersebut mau tidak mau dengan berbagai cara harus menangkap sang pelaku dari kasus-kasus pencurian yang telah terjadi 1 tahun akhir-akhir ini.

Dari sebuah lorong terdengar teriakan seorang polisi yang tengah mengejar seorang pencuri bertopeng. "berhenti !, atau saya tembak", teriak sang polisi sambil menekan pelatuk pistolnya. Lalu pencuri tersebut lari terus tanpa mendengar tembakan polisi tersebut.

Sampailah sang polisi di rumah kumuh, ada dua orang anak kecil yang tengah merintih kesakitan perutnya. Lalu sang polisi menghampiri kedua anak tersebut sambil berkata, "mana orang tua kalian ?". Tanpa di ketahui sang pencuri keluar dari persembunyian-nya, sambil mengangkat tangan. "pak tolong tangkap saya dan bebaskan dua anak yang tidak bersalah ini", kata sang pencuri sambil sujud.

Dengan rasa iba, sang polisi mulai bertanya, "mengapa kamu mencuri dan mengambil yang bukan hak milik mu ?". si pencuri pun menjawab dengan rasa tankut den bergemetar, "mereka adalah anak-anakku yang belum makan sejak dua hari lalu, jadi saya mencuri sedikit hak saya dari gudang beras. Dan saya pun mencuri uang dan sembako bukan atas kemauan saya, melainkan atas dasar keterpaksaan, pak."

Tanpa basa-basi sang polisi pun pergi, dan setelah beberapa jam, sang polisi balik dengan sekarung beras dan sekilo ikan. "buk, maaf telah menunggu lama, ini saya berikan sedikit rezeki, semoga bisa menutupi rasa lapar anda dan anak-anak." Pesan dari sang polisi. Setelah memberikan beras dan ikan, polisi pun mengucapkan salam dan pergi.

Ke esokan harinya, polisi tersebut balik dan menemui sang pencuri. "buk, maaf saya telah memberikan apa yang seharusnya saya berikan selaku insan, tetapi selaku hukum ibu harus saya bawa ke pengadilan." Tutur sang polisi yang menggoyahkan ketenangan sang pencuri. Dengan rasa bersalah dan merasa sepatutnya si pencuri mendaptkan pengadilan, maka ia menyerahkan diri setelah memberikan pesan kepada kedua anaknya si sulung dan si bungsu.

***

Sesampainya di pengadilan, setelah hakim membuka sidang, si hakim pun bertanya kepada si pencuri, "apa alasan anda mencuri ?". lalu pencuri menjawab dengan linangan air mata yang tidak terbendung, "maafkan saya, yang telah mencuri satu tahun terakhir, karena saya melakukannya secara terpaksa, saya tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah sedangkan saya fakir miskin, saya tidak mampu memenuhi kebutuhan kedua anak saya, pak hakim. Jika pak hakim ingin menghukum saya silahkan hukum orang tua yang gagal ini." Cerita sang pencuri

"buk, jangan merasa gagal atas usaha keras anda, saya meminta maaf akan menjatuhkan hukuman kepada anda, namun saya akan menyampaikan aspirasi anda kepada pemerintah terkait hal ini." Kata si hakim sambil mengetok palu dan membacakan hukumannya. Lalu si hakim mengeluarkan sejumlah chek uang untuk menebus hukuman si pencuri ini. Sebelum ucapan terima kasih keluar dari mulut si pencuri, dia memeluk erat sang hakim yang memutuskan hukuman dan membayar denda si pencuri.

Setelah kejadian itu, si pencuri mencoba bekerja dan membuka usaha agar mampu membiayai ke dua anaknya. Dan kedua anaknya berjanji akan menjadi polisi dan hakim seperti mereka.

***

Yang dapat kita simpulkan dari cerpen ini dengan sebuah pertanyaan, masih adakah orang seperti polisi dan hakim ini ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun