Mohon tunggu...
A Zainudin
A Zainudin Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Sastra

Menulis sesuai kata hati.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Para Ayah yang (Tetap) Menjadi Pahlawan Olahraga Indonesia

16 November 2020   16:57 Diperbarui: 16 November 2020   17:30 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chris John: Sumber: m.tribunnews.com

Berbeda dengan kebanyakan profesi lainnya, profesi atlet yang dituntut memiliki kebugaran fisik dan ketrampilan teknik olahraga yang prima, cenderung menurun ketika usianya mulai bertambah apalagi jika dia telah mengubah status dari bujangan menjadi menikah.

Ada banyak hal yang harus diupayakan agar dirinya mampu tetap menjaga kondisinya untuk tetap mampu bersaing denga atlet lainnya, sementara ia sudah memiliki tanggung jawab lebih terhadap keluarga yang harus dijaga dan disayanginya.  Hal ini berbeda dengan bujangan yang cenderung hanya perlu berfokus pada kariernya sebagai seorang atlet, meskipun tak sedikit juga atlet bujangan yang menanggung beban ekonomi keluarganya.

Oleh karena itu, bukan hal yang mudah bagi seorang atlet yang sudah menikah untuk tetap berprestasi yang sama dengan saat bujangan, bahkan makin meningkat. Kebanyakan dari mereka justru sebaliknya. Begitu sudah menikah, dengan berbagai alasan terutama stamina, banyak atlet yang cenderung menurun prestasinya hingga akhirnya turun dari arena persaingan dan menyatakan pensiun.

Bagi atlet laki-laki, tuduhan yang sering disematkan kepada mereka yang menurun prestasinya atau bahkan sekedar kalah dalam satu dua pertandingan, apalagi saat netizen hari ini menjelma menjadi dewa yang berhak bicara apa saja, adalah turunnya staminanya karena adanya "kewajiban" mereka sebagai seorang suami atas istrinya sehingga berakibat performa di lapangan menurun.

Namun, di antara kondisi stereotip tersebut di atas, Indonesia memiliki ayah-ayah hebat yang tetap mampu mempertahankan bahkan meningkatkan prestasinya dan menjadi pahlawan bangsa di bidang olah raga sementara mereka juga sudah memiliki tanggung jawab sebagai ayah dalam keluarganya. 

Keberhasilan ini tak lepas dari komitmen mereka dalam menyeimbangkan menjaga prestasi dan tanggung jawab membela negara serta menjaga keharmonisan dan keutuhan rumah tangga. Selain itu, peranan istri mereka yang luar biasa dalam mendukung karier suaminya dengan sedikit banyak mengorbankan kepentingan pribadi agar prestasi dan keluarga berjalan seimbang di tengah persaingan yang sangat ketat pada bidang olah raga yang mereka tekuni.

Berikut adalah sosok-sosok atlet di Indonesia yang tetap mempertahankan prestasinya di lapangan olah raga sebagai seorang atlet (bukan pindah profesi seperti menjadi pelatih atau pengurus atau alih profesi lainnya menjadi artis seperti beberapa contoh).  Namun demikian, tulisan ini sama-sekali tidak membahas atau menilai adanya atlet yang alih profesi tersebut karena itu bukan hal yang negatif. Karena di Indoensia olah raga yang paling berprestasi dan terkenal adalah buluitangkis, maka atlet-atlet yang saya munculkan kali ini sebagian besar merupakan atlet bulutangkis.

1, Rudi Hartono

Sebagaimana kita ketahui, Rudi Hartono merupakan salah satu pemain besar dunia yang rekor juara tunggal putra All England-nya hingga saat ini belum ada yang memecahkan. Menjuarai All England tahun 1968 saat usianya belum genap 20 tahun dan tujuh kali berturut-turut mempertahankan gelarnya serta menggenapinya menjadi delapan dua tahun kemudian.  

Pada Tahun 1976, Rudy Hartono menikah dengan Jeane Anwar.  Pernikahannya tidak menghalanginya dari kariernya sebagai pemain bulutangkis dunia.  Rudy masih berperan besar dalam kemenangan Tim Thomas Indonesia meraih gelar pada tahun 1979 pada usia ke-30 serta meraih ruiner-up Piala Thomas Tahun 1982.  Rudi juga berhasil meraih gelar juara dunia pada tahun 1980.

2. Ade Chandra

Ade Chandra merupakan atlet bulutangkis papan atas dunia seangkatan Rudy Hartono yang menekuni nomor ganda putra.  Pada saat Ade Chandra menikah dengan Margaretha Widjaja pada tahun 1976, prestasinya telah berada di puncak.  

Bersama Christian Hadinata, Ade berhasil meraih medali emas bulutangkis yang dipertandingkan sebagai cabang olahrga demonstrasi pada Olimpiade Munich Tahun 1972.  Mereka juga berhasil meraih gelar All England dua tahun berturut-turut (1972-1973) sebelum kalah berturut-turut tahun 1974-1975 dari sang juara pasangan fenomenal Tjun Tjun/Johan Wahyudi.  

Namun rupanya, pernikahannya tersebut tidak membuat prestasinya menurun.  Mereka terus berada di puncak laga All England sampai dengan tahun 1978, meski masih kalah dari sang juara Tjun Tjun/Johan Wahyudi. 

Pada Tahun 1977, mereka meraih medali perak kejuaraan dunia bulutangkis di Swedia dan lagi-lagi kalah dari pasangan yang sama.  Namun, tahun 1978, Ade/Christian mampu meraih emas Asian Games 1978 di Bangkok dan medali emas kejuaraan dunia bulutangkis yang diselenggarakan di Jakarta tahun 1980.  Setelah itu, Ade mundur dari persaingan bulutangkis sebagai atlet.  Kini, Ade dikaruniai 4 orang putra-putri.

3. Liem Swie King

Liem Swie King merupakah pemain bulutangkis legendaris Indonesia yang dikenal memiliki pukulan mematikan yang dikenal dengan istilah "King Smash".  

Saat menikah dengan Lucia Sumiati Alamsyah pada tahun 1982 dalam usia 26 tahun, King memang telah melewati masa usia emasnya dengan meraih prestasi puncak berupa Raihan gelar prestisius All England 3x dan sekali finalis, serta medali emas tunggal putera Asian Games tahun 1978 mengalahkan pemain China, serta menjadi finalis Kejuaraan Dunia tahun 1980 dikalahkan Rudi Hartono.  Namun, pernikahannya tidak menghentikan prestasi yang diraihnya. 

Setahun setelah pernikahannya, King berhasil mengulangi prestasi sebagai Finalis Kejuaraan Dunia tahun 1983 setelah melalui pertandingan super ketat dan dianggap sebagai salah satu pertandinagn terbaik dunia (kalah 16-17 di set ketiga) dengan pemain Indoensia yang jauh lebih muda, Icuk Sugiarto.  

Pada tahun itu juga, King meraih gelar pada kejuaraan Indonesia Terbuka dan Malaysia Terbuka. Setahun kemudian, King mampu menjadi pemain inti saat Tim Thomas Indonesia mengalahkan China untuk merebut Piala Thomas dengan bermain di dua nomor, tunggal dan ganda serta menjadi finalis pada All England dan Final Grandphix (semacam Final Tur Dunia WBF di era sekarang).  

Setelah itu, menyadari usianya yang tak lagi muda untuk ukuran atlet, King fokus di ganda putra dan meraih berbagai gelar antara lain Piala Dunia (1983 -- 1985) dan Indonesia Terbuka (1983-1985). King pensiun sebagai pemain bulu tangkis pada tahun 1987 pada usia 31 tahun untuk fokus pada keluarga dan beralih menjadi pengusaha yang mengelola usaha hotel serta griya pijat Kesehatan.

4. Icuk Sugiarto

Siapa yang tak kenal Icuk Sugiarto? Pebulutangkis yang dikenal memiliki pukulan backhand yang tajam dan akurat serta bertipe reli ini adalah juara dunia Kejuaraan Dunia Bulutangkis yang diselenggarakan di Kopenhagen, Denmark pada tahun 1983 pada usia 21 tahun. 

Pada tahun yang sama, Icuk selanjutnya menikahi Nina Yaroh, seorang atlet bulutangkis wanita asal Medan dan mereka dikaruniai tiga putra-putri yaitu Natasha, Tommy, dan Jauzia.  

Pernikahannya tersebut tidak membuat prestasi icuk mandek namun justru bertambah banyak gelar yang diraih antara lain Indonesia terbuka tahun 1986 dan 1988 (menggenapi gelar yang sama pada tahun 1982), Juara Taiwan Terbuka 1983-1986, Juara China Terbuka tahun 1988 dan berbagai gelar lainnya dengan total sekitar 32 buah dalam kurun waktu 1983 -- 1989.  

Selain itu Icuk juga berperan dalam meraih Piala Thomas pada tahun 1984 serta runer-up pada tahun 1986.  Icuk pensiun sebagai atlet bulutangkis pada tahun 1989 yang selanjutnya aktif sebagai pelatih dan pengurus di Klub asalnya Pelita Bakrie. 

Dua dari nak-anaknya, yaitu Tommy dan Jauzia mengikuti jejaknya sebagai pemain bulutangkis.  Kini, pernikahan Icuk dan istrinya awet hingga kini dan telah meiliki cucu dari anak-anaknya yan telah menikah yaitu Natasha dan Tommy.

5. Chris John

Chris John: Sumber: m.tribunnews.com
Chris John: Sumber: m.tribunnews.com

Chris John merupakan petinju profesional terbesar yang dimiliki Indonesia. Ia merupakan pemegang sabuk World Boxing Association (WBA) kelas bulu nomor dua terlama dan nomor dua yang paling sering mempertahankan gelar juara kelas bulu sepanjang masa dengan mempertahankan gelar juara sebanyak 18 kali, di bawah petinju Panama, Eusebio Pedroza (19 kali).  

Chris John meraih gelar juara dunia pertama kalinya pada tanggal 26 September 2003 melawan Oscar de Leon dari Kolombia (meskipun masih berstatus gelar sementara dan meraih gelar dengan usahanya sendiri saat mengalahkan Osamu Sato dari Jepang pada tanggal 4 Juni 2004)  hingga kalah pada pertandingan mempertahankan gelar yang ke-19 kali pada tanggal 6 Desember 2013 dari petinju Afrika Selatan, Simpiwe Vetyeka.  

Rekor menang-seri-kalahnya cukup fenomenal yaitu 48-3-1 dari total 52 pertandingan yang dijalaninya termasuk kemenangannya atas petinju yang dianggap terkuat dan sangat ditakuti di kelas bulu saat itu, Juan Manuel Marquez dari Meksiko.

Pernikahannya dengan atlet Wushu Nasional bernama Anna Maria Megawati pada tahun 2005 dan menghasilkan dua puteri cantik tidak membuat prestasinya menurun.  Terbukti, Chris berhasil mempertahankan hingga delapan tahun kemudian.  

Kekalahan yang dideritanya yang mengakhiri gelarnya sekaligus kekalahan pertama sepanjang kariernya lebih disebabkan oleh usianya yang tak muda lagi (34 tahun) yang menyebabkan kecepatan dan kekuatannya menurun jauh. 

Atas capaiannya itu, Chris John mendapatkan anugerah Lifetime Achievement Award dari WBA pada tanggal 29 Februari 2012. Saat ini, Chris John tengah berbahagia didampingi istri dan kedua puterinya yang beranjak remaja dengan sesekali menjadi bintang iklan minuman energi dan komentator pertandingan tinju.

6.Eko Yuli Irawan

Cabang olah raga angkat besi adalah cabang olah raga penyumbang medali di level olimpiade selain bulutangkis. Bahkan, pada tahun 2012 cabang angkat besi menjadi pelipur lara dengan satu-satunya cabang olah raga yang menyumbang medali, meski perak dan perunggu, saat olah raga andalan Indonesia di olimpiade, yaitu bulutangkis, gagal total.  

Salah satu penyumbang medali tersebut adalah Eko Yuli Wirawan, yang juga menyumbang medali yang sama pada tahun 2008 di Olimpiade Beijing.  Pernikahannya dengan Masitah pada tahun 2010 tidak membuat prestasinya mandeg, namun justru meningkat. 

Setelah berhasil mempertahankan medali perunggu di Olimpiade London 2012, Eko berhasil memperbaikinya menjadi medali perak di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Dan untuk pertama kalinya, Indonesia berhasil meraih emas Asian Games di cabang Angkat Besi setelah Angkatan Eko menjadi yang terbaik di kelas 62 Kg. Ini belum termasuk medali emas yang diraihnya pada Kejuaraan Dunia 2014 di Kazhakstan serta Kejuaraan Dunia 2018 di Turkmenistan.  Saat ini Eko dikaruniai 2 anak dari pernikahannya dengan wanita asal Bekasi tersebut.

7.Hendra Setiawan  

Hendra Setiawan juga merupakan salah satu legenda hidup bulutangkis Indonesia yang masih aktif bermain.  Hendra Setiawan meraih emas di Olimpiade Beijing tahun 2008 namun gagal diulanginya pada gelaran olimpiade berikutnya.  Pada tahun 2012, Hendra 'bercerai' dengan Markis Kido -- pasangan gandanya, dan bergabung Kembali dengan pelatnas.  Hendra menikah dengan Sandiani Arief pada tahun 2011 dan dikaruniai 3 orang anak yang lucu.  

Alih-alih meredup, prestasinya justru kembali moncer setelah ia dipasangkan dengan Muhammad Ahsan dengan meraih gelar juara Dunia tahun 2014, 2015, serta 2019 (menggenapi gelar yang sama pada tahun 2007 saat berpasangan dengan Markis Kido); meraih juara di All England tahun 2014 dan 2019, meraih emas Asian Games 2014 (mempertahanklan medali yang sama yang diperoleh di Asian Games 2010), serta seabreg gelar dari turnamen Super series/ Super BWF. Tahun 2018 -2020, Hendra yang kembali berpasangan dengan Ahsan ikut mencicipi beberapa gelar turnamen mayor.  Sebenarnya mereka berhasil maju ke babak final di banyak  turnamen.  

Sayangnya, peringkat satu dunia saat ini, Kevin/Markus selalu menggagalkannya di enam final yang mempertemukan mereka tersebut sehingga harus puas sebagai runer up.  Saat ini, Hendra masih aktif bermain dan menjadi salah satu andalan Indonesia dengan dukungan penuh keluarganya.

8. Agus Prayoga

Agus Prayogo. Sumber: Republika.co.id
Agus Prayogo. Sumber: Republika.co.id

Prestasi Agus Prayoga memang belum mencapai level dunia sebagaimana yang ditorehkan  oleh atlet-atlet bulutangkis dan baru sebatas level SEA Games.  Namun setidaknya, Agus Prayogo merupakan andalan Indonesia untuk menghasilkan emas dari cabang olah raga terukur tersebut meneruskan legenda lari jarak jauh di era sebelumnya: Eduardus Nabunone.  Agus Prayoga menekuni nomor lari jarak jauh, yaitu 5000 meter, 1000 meter, serta marathon.  

Tahun 2009, Agus meraih emas SEA Games pertama kali di SEA Games Laos untuk nomor lari 10.000 meter dilanjutkan tahun 2011 meraih dua keeping medali emas dari nomor 5.000 meter dan 10.000 meter.  

Setelah menikah pada tahun 2012 dengan Herlina Dewi Andhika, Agus masih terus berjuang membela Indonesia di setiap kejuaraan lari terutama multi event seperti SEA Games dan terus menghasilkan emas pada tahun 2015, 2017, serta tahun 2019.  Agus Prayogo juga merupakan pemegang rekor nasional lari 5.000 meter dengan catatan waktu 14 menit 4,29 detik dan nomor 10.000 meter (lintasan stadion) dengan catatan waktu 29 menit 15,77 detik.

9.Muhammad Ahsan

Muhammad mulai berpasangan dengan Hendra pada tahun 2013 dan sejak itu mereka merangsek ke puncak persaingan ganda putra dunia dengan menjadi peringkat pertama pada tahun 2014.  Pernikahannya dengan Christine Novitania pada tahun 2013 dan dikaruniai 2 orang anak, rupanya tidak menurunkan prestasinya.  

Sepertinya, ia dan Hendra memang ditakdirkan untuk menjadi pasangan yang cocok di bulutangkis.  Terbukti, mereka kini mampu bertahan di peringkat dua ganda putra meskipun mereka telah menjadi seorang ayah dan usianya melewati 30 tahun di tengah persaingan dengan pemain-pemain muda yang memiliki kecepatan dan kekuatan fisik yg lebih baik.  Saat ini, Ahsan juga masih aktif dan menjadi andalan Indonesia tanpa membuat hubungan mesranya dengan keluarganya memudar.

10. Tontowi Ahmad

Achmad Tantowi merupakan pasangan Lilyana Natsir di nomor ganda campuran cabang olahraga bulutangkis.  Keduanya cocok menjadi pasangan di lapangan.  Terbukti, mereka mampu menjadi pemain nomor satu dunia, meraih All England secara hattrick pada tahun 2012-2014, juara dunia dua kali, meraih berbagai gelar pada turnamen mayor, serta puncaknya meraih emas Olimpiade Rio tahun 2016.  

Pernikahan Achmad Tantowi dengan Michele pada tahun 2014 rupanya tidak menjadikan prestasinya surut, bahkan menanjak.  Hanya saja, setelah Lilyana Natsir pensiun, rupanya Tantowi tidak mampu menemukan pasangan bermain yang cocok sehingga akhirnya mengundurkan diri dari pelatnas pada tahun 2019.

Sebenarnya mungkin lebih banyak lagi atlet pria yang telah menjadi ayah yang tetap mempertahankan prestasinya dalam jangka waktu lama.  Namun, sengaja saya hanya membatasinya hanya 10 orang, merujuk tanggal 10 November yang diperingati sebagai Hari Pahlawan.  Mereka menjadi pahlawan negara di bidang olah raga, mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.

Mungkin menurut pembaca, ada beberapa nama yang prestasinya melebihi pemain yang disebutkan di atas.  Namun, sesuai tema yang dibatasi oleh prestasi yang dicapai setelah menjadi ayah, ada beberapa nama yang saya hapus. Ada yang karena prestasinya langsung menurun setelah menikah, ada juga karena saya tidak mendapatkan data yang memadai mengenai tahun pernikahan atlet tersebut sehingga tidak dapat dipastikan apakah prestasinya tersebut diraih sebelum menikah atau setelah menikah.  Selain itu, perlu diberikan tempat pada atlet nonbulutangkis meskipun level prestasi mereka masih di bawah para atlet bulutangkis.  Demi pemerataan he he.

Kesimpulan:

Meskipun mereka telah menikah, dengan usaha keras serta dukungan penuh keluarganya, mereka tetap mampu meraih prestasi tinggi serta mampu mempertahankan rumah tangganya hingga kini.  Tanpa dukungan dan pengorbanan pasangan mereka, para atlet ini akan kesulitan untuk fokus baik dalam Latihan maupun pertandingan.  Hormat kepada para atlet tersebut, juga orang-orang di sekelilingnya yang tetap mendukunganya meskipun harus banyak melakukan pengorbanan baik harta maupun perasaan mereka.

Ijinkan saya mengucapkan selamat Hari Pahlawan serta Hari Ayah walaupun sudah berlalu.

Tangerang Selatan, 16 November 2020

Sumber tulisan : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun