Mohon tunggu...
A Zainudin
A Zainudin Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Sastra

Menulis sesuai kata hati.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mengadu Domba, Bukan Mengadu Ayam

6 November 2020   14:04 Diperbarui: 6 November 2020   14:21 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "Surat Cinta Waktu Ujian". Sumber: Brilio.net

Untuk jenis soal lain, yaitu jawaban singkat (mengisi titik-titik dengan jawaban ringkas dan tepat) serta jawaban panjang (essay) mutlak dilakukan Bapak Ibu.  Namun seringkali kami iseng melihat jawaban yang diberikan murid pada soal yang kami pegang.

Saat itu, saya membantu Ibu mengoreksi ulangan catur wulan (dulu pada kisaran 1980-90an, untuk tingkat sekolah dasar/MI,  satu tahun ajaran terdiri dari tiga catur wulan, bukan dua semester seperti sekarang).  Mata pelajarannya saya masih ingat, yaitu Akidah Akhlaq untuk kelas 5.  Saya yang masih kelas 4 diperbolehkan mengoreksi, sedangkan kakak saya yang kelas 5 tidak boleh ikut mengoreksi karena ia juga salah satu murid yang ujiannya dikoreksi.  Hal itu juga berlaku saat Ibu mengoreksi kelas 4, saya tidak boleh melakukan koreksi sedangkan kakakku diminta mengoreksi.

Kembali ke cerita di atas.  Saat saya mengoreksi hasil ujian salah satu murid, saya lupa nama aslinya namun kami dulu memanggilnya Conik, tubuhnya bongsor. Secara iseng saya melihat jawaban Conik untuk pertanyaan menjawab pertanyaan ringkas. 

Salah salah satu pertanyaannya terbaca demikian: Diantara akhlak yang tercela adalah ghibah dan namimah. Ghibah artinya................., sedangkan Namimah artinya.....................  Dikunci jawaban Ibu tertulis:  Ghibah artinya menggunjing , sedangkan Namimah artinya mengadu domba (devide et empera- ket. penulis).  Sayangnya, Conik menjawab demikian : Ghibah artinya MENGADU DOMBA, sedangkan Namimah artinya MENGADU AYAM.  

Rupanya Conik mengira bahwa yang dimaksud mengadu domba adalah benar-benar mengadu hewan yang bernama domba.  Seketika saya ketawa keras, dan ibu yang kemudian membacanya juga ikut tertawa.

Tangerang Selatan, 6 November 2020

Catatan:

  • Sayangnya, Conik tidak menyelesaikan sekolahnya dan berhenti saat kelas V.  Segera setelah berhenti, rupanya dia dinikahkan ibunya dan menjadi rekor usia termuda pernikahan di desa kami.  Saat anak saya masih kecil, dia sudah punya cucu dengan usia yang sama.
  • Cerita intinya ini pernah diunggah di Catatan pada akun Facebook saya, dan diceritakan kembali dengan mengambil tambahan cerita latar yang berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun