Tangerang Selatan 21 Oktober 2020.
Catatan:
- Bagi generasi TVRI tahun 1980=an tentu mengenal sinetron (dulu disebut Drama Televisi) "Losmen", "Dokter Sartika", "ACI (Aku Cinta Indonesia, meskipun juga merupakan kepanjangan dari nama tokoh sinetron tersebut Amir, Cici, dan Ito).  Sinetron seri ini mengawali sinetron seri di Indonesia.  Beberapa sinetron sejamannya yang juga terkenal adalah "Keluarga Rahmat" dan "Rumah Masa Depan".  Beberapa tahun kemudian diproduksi karya bermutu lainnya seperti Serial "Jendela Rumah Kita", beberapa mini seri yang diadaptasi dari karya sastra Indonesia klasik  seperti :Siti Nurbaya", "Sengsara Membawa Nikmat" serta "Atheis". Sinetron di atas disajikan sebagai alternatif hiburan yang mengandung unsur Pendidikan secara berseri.  Â
- Sinetron atau kependekan dari Sinema Elektronika, tontonan berbentuk drama/panggung cerita. Â Dulu istilah di TVRI dikenal sebagai acara "Drama Televisi". Â Sampai dengan lahirnya serial drama, drama diproduksi tunggal, ditayangkan selang-seling dengan Film bioskop (yang biasanya diberi tajuk Cerita Akhir Pekan di malam Minggu sebagai pamungkas acara). Â Pada perhelatan ulang tahun TVRI, biasanya diproduksi sinetron (masih tunggal belum berseri) dan diberi tajuk "Sepekan Sinema Elektronika". Â MUlai tahun 1980, sinetron berseri muncul di awali "Losmen" dan teman-temannya sebagaimana dijelaskan pada poin 1.
- Tahun 1980-an, Indonesia pernah memiliki sinetron kualitas prima yang menjuarai ajang internasional, keduanya dibintangi Neno Warisman, dan disutradarai Irwinsyah (alm), suami Ida Leman-salah satu pemain sinetron "Losmen".  Kisah bayi yang disandera klinik karena orang tuanya tidak mampu membayar biaya persalinannya dan sempat menjadi topik utama media di awal tahun 1980, ditayangkan dalam sinetron "Sayekti dan Hanafi" .  Kisah lainnya, "Aksara Tanpa Kata" mengisahkan perjuangan seorang Ibu di Bali untuk mempertahankan tanahnya dari tawaran investor pariwisata namun menghadapi ancaman menantunya yang akan menceraikan putri kesayangannya (yang bisu) jika tanah itu tidak dijual. Film "Sayekti dan Hanafi" menjadi juara pada festival film di Berlin-Jerman, serta menjadi film televisi terbaik pada ajang FFI tahun 1988.  Tahun 2005, cerita yang sama diproduksi lagi dan menghasilkan banyak nominasi pada Festival Film Vidia tahun 2005 meski hanya meraih satu gelar dari kategori pemeran pendukung wanita.  Sementara itu, Film "Aksara tanpa Kata" merajai festival Piala Vidia tahun 1992 untuk kategori Sinetron Lepas dan menjadi sinetron lepas terbaik   pada tahun tersebut. Â
- Serial "Dae Jang Geum". serial yang mengisahkan perjuangan Dayang Suh Jang Geum untuk menuliskan kisah ibunya yang sesungguhnya yang meninggal karena difitnah saingan sekaligus (mantan) sahabat ibunya. Serial ini sempat meraih rating di atas 50%, tertinggi waktu itu, dan ditayangkan ke banyak negara karena ceritanya yang sangat menarik. Di Bali, sampai ada restoran bertajuk dan bergambar dayang tersebut.                                                                                                                                     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!