Heci itu ya pakai kacang, nuw. Bentuknya mesti bulat rapi, empuk, tebal dan ya gitu, ada gurih-gurihnya dari kacang garing yang matang bersamaan adonan utama. Â Mana ada rumusnya, heci kok tipis, bentuknya ga tercetak rapi, trus keras cenderung kemeripik. Itu, sih peyek.
Heci bagi saya hanya dua.  Heci yang bertoping udang, yang  saya sebut heci udang, dan heci (baca: heci thok) yang bertoping kacang tanah goreng.  Jika berbeda, ya paling ukurannya saja.  Ada yg ukuran kecil, dijual oleh penjual dekat sekolah waktu SD dulu, atau ukuran besar seperti yang biasa saya beli di warung kopi kalau disuruh ibu membelinya untuk kudapan sore.Â
Ternyata saya salah. Pengetahuan saya mengenai heci ini ternyata berbanding lurus dengan luasnya daerah yang saya jelajahi, juga banyaknya sumber informasi yang saya buka. Â Semakin jauh saya merantau semakin sadar bahwa heci itu tidak melulu seperti yang ada dalam pikiran saya. Â Dari namanya saja, ternyata heci itu banyak macamnya.
Heci adalah nama akrab bagi kami yang tinggal di wilayah Jawa Timur sebelah barat, sekitar Madiun-Magetan-Ngawi_ Ponorogo. Â Di daerah lain seperti Malang, Surabaya atau bahkan Balikpapan (kemungkinan karena penjualnya juga banyak dari Jawa Timur), makanan ini dinamakan "ote-ote". Â Masyarakat di Jawa Barat mengenalnya sebagai bala-bala, sedangkan di daerah Jakarta dan sekitarnya lebih dikenal sebagai bakwan sayur. Â Bahkan kalau di Makassar, gorengan gurih ini lebih banyak disebut dengan nama "Bikang". Â Padahal bikang adalah sejenis kue manis dari tepung beras yang dipanggang di atas cetakan Teflon (eh, ini mah Carabikang tepatnya he he).
Itu baru nama.  Belum bentuk dan komposisi bahannya.  Ternyata, heci itu tidak harus memakai kacang.  Bahkan bisa jadi, di daerah lain, terasa aneh jika  melihat ada heci (bakwan) menggunakan toping kacang goreng.  Seperti peyek saja, pikir mereka.
Eh, tapi yang aneh justru saat saya mulai tinggal di Jakarta. Bakwan sayur -- di sini sama sekali tidak dikenal nama heci, berbentuk tidak teratur. Â Dibuat tanpa menggunakan cetakan.
Ada yg tebal mirip heci tapi bentuknya tidak bulat manis, ada juga yang melebar dan tipis persis seperti peyek. Â Teksturnya tidak hanya lembut dan empuk, tapi ada yang tipis keras cenderung krispi, ada juga yang agak keras karena kurang air sama sayur.
Ada juga yang kering namun bentuknya tebal seperti banyak yang dijual di depan mini market. Bahkan, di Semarang bakwan dibuat dari daun Jembak  alias selada air, sejenis tanaman yang tumbuh di tanah yang mengandung banyak air.  Pokoknya terserah yang buat atau yang jual.