Mohon tunggu...
Arif Wijaya
Arif Wijaya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akom Sebut Ahok “Si Mulut Comberan”

5 April 2016   16:22 Diperbarui: 5 April 2016   17:09 1484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai makhluk sosial kita pasti berkomunikasi dengan orang lain menggunakan beberapa cara, salah satunya dengan kata-kata. Istilah “Word can change your world” atau kata-kata bisa mengubah duniamu menggambarkan bahwa tutur kata seseorang memiliki peran penting dalam kehidupannya. Kata-kata bisa membawa hal positif tapi bisa juga membawa hal negatif, oleh karena itu kita mengenal istilah “mulutmu harimaumu”. Artinya, kata-kata bisa saja membawa dampak buruk jika kita salah mengucapkan kata-kata di saat waktu yang tidak tepat.

[caption caption="sumber foto : kompas.com"][/caption]

Melalui kata-kata pula seseorang bisa kehilangan karirnya dalam sekejab mata. Contohnya di tahun 2013 lalu dimana calon hakim agung bernama Muhammad Daming Sanusi sedang mengikuti seleksi di Komisi III DPR. Ketika ditanya anggota Komisi III soal hukuman mati seorang pemerkosa, Daming tidak sependapat karena yang memperkosa dengan yang diperkosa sama-sama menikmati. Pernyataan Daming ini langsung membuat menghebohkan masyarakat dan Daming pun mendapat kecaman dari berbagai pihak, terutama dari aktivis perempuan.

Menyadari ucapannya sangat tidak pantas, Daming meminta maaf kepada publik atas kata-katanya. Namun nasi sudah menjadi bubur, hakim Daming akhirnya dinyatakan tidak pantas untuk menjadi hakim agung oleh Komisi III. Padahal, selama menjalani karirnya hakim Daming dinilai sebagai salah satu hakim terbaik di Indonesia.

Kasus serupa kini terjadi pada Ketua DPR RI Ade Komarudin yang ingin membangun perpustakaan di lingkungan Gedung DPR/MPR/DPD dengan nilai fantastis Rp 570 miliar. Akom, sapaannya, mengatakan perpustakaan ini dibuat seperti library congress yang ada di Amerika Serikat dan menjadi yang paling megah di Asia.

Gagasan ini menuai kritik dan penolakan dari masyarakat dan kolega Akom sesama anggota DPR. Rp 570 miliar dinilai terlalu mahal untuk sebuah perpustakaan yang sebenarnya tidak terlalu urgent untuk dibangun. Selain itu, yang menjadi masalah adalah DPR sebenarnya sudah punya perpustakaan sendiri dan masih layak untuk dipakai dan para anggota dewan sangat jarang membaca di perpustakaan tersebut.

Dia menyatakan mendukung pembangunan perpustakaan itu karena tujuannya sangat mulia. Yaitu demi meningkatkan budaya membaca tidak hanya untuk kalangan anggota Dewan, tapi juga untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Pasalnya, perpustakaan itu nantinya juga akan dibuka untuk masyarakat umum.

Meskipun banyak mendapat penolakan, Akom ngotot akan membangun perpustakaan tersebut. Dilansir rmol.co, Akom menegaskan akan memperjuangkan dan siap dibully masyarakat atas keputusannya tersebut. Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) ini yakin pasti akan mendapat dukungan dari berbagai pihak dan dia mengibaratkan sosok Ahok yang hampir sama dengan dirinya yang memperjuangkan hal yang benar meskipun terlihat salah.

Bahkan Akom menyebut Ahok sebagai mulut comberan yang disukai rakyat. "Ahok saja yang mulutnya comberan begitu masih disukai rakyat. Demi kebaikan saya siap mendapat bully," kata Akom.

Menurut saya perkataan Akom ini adalah blunder besar karena posisinya sekarang tidak bisa dikaitkan dengan keadaan Ahok yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Posisi Akom sekarang adalah pejabat publik yang ngotot mengusahakan “proyek jadi-jadian” yang belum jelas manfaatnya untuk masyarakat. Sementara Ahok adalah pejabat publik yang ngotot “proyek jadi-jadian” tidak boleh ada ada dalam program Pemprov DKI. Kalau tetap ngotot mengadakan proyek siluman, maka mantan Bupati Belitung Timur itu tak segan membongkarnya. Selain itu, Akom memperjuangkan hal yang banyak ditentang oleh masyarakat, sementara Ahok memperjuangkan hak-hak rakyat yang diambil oleh orang-orang seperti Akom.

Kata-kata “mulut comberan” yang dilayangkan Akom kepada Ahok sangat tidak pantas, apalagi dalam kapasitasnya sebagai ketua DPR. Jika berkaca dari hakim Daming, bukan tidak mungkin Akom bisa kehilangan jabatannya dari Ketua DPR terkait pelanggaran etik. Ditambah lagi Akom yang kini tengah mencalonkan diri menjadi calon ketua umum Golkar tidak mencerminkan sikap pemimpin yang baik.

Menurut saya, sikap Akom ini tidak mencerminkan pemimpin yang baik !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun