Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) - Belanda
Cerita panjang sejarah penguasaan Sumber Daya Alam di Indonesia, dapat kita lacak setidaknya dari kedatangan Vereenigde Oost Indische Compagnie atau VOC pada abad ke-16 di kepualauan Indonesia, VOC sering dikenal dalam kosa kata rakyat dengan sebutan “Kompeni”, mereka adalah rombongan pedagang bersenjata yang bertujuan untuk memperluas area dagang mereka ke dunia-dunia baru diluar Eropa.
Hal pertama yang dilakukan VOC adalah menguasai kantong-kantong ajaib yang menjadi pusat dari keberadaan sumber daya produktif rakyat di kepulauan Indonesia dengan cara menjadikan struktur lama feodal sebagai perpanjangan kaki tangan VOC di wilayah-wilayah produktif tersebut.
Tindakan VOC ini dilakukan dengan mengeruk sumberdaya alam dan menjadikan rakyat di kepulauan Indonesia sebagai tenga kerja bagi keuntungan perdagangan mereka, berjalannya cara-cara kerja VOC ini erat kaitannya dengan bagaimana kebijakan-kebijakan tentang SDA ditetapkan di kepulauan Indonesia pada waktu itu dengan berbagai bentuk dan dinamika.
Pada awal Mei 1662, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) perusahaan multinasional asal Belanda, menduduki Pulau Cingkuak (poulo chinco). Penguasaan oleh VOC didasarkan konsesi untuk berdagang di Sumatra’s Westkust melalui Perjanjian Painan (W.J.A. de Leeuw, Het Painansch Contract.
Amsterdam: H.J. Paris, 1926). VOC menguasai Cingkuak pada tahun 1662 dan menjadikan pulau kecil itu sebagai jangkar untuk menduduki Kota Padang. Pulau ini juga digunakan hingga lebih satu abad kemudian sebagai loji untuk keperluan perdagangan lada dan pala, bahkan mengelola tambang emas Salido.
Dalam pemanfaatan sumberdaya alam di sektor pertambangan mineral dan galian mulai muncul pada tahun 1669 di Salido Sumatera barat. pada masa jabatan Commandeur Jacob Joriszoon Pit, yang menjabat pada tahun 1667 hingga 23 Mei 1678. Pit adalah commandeur VOC ketiga untuk pos Padang.
VOC mendatangkan untuk pertama kalinya dua ahli tambang ke Salido bernama Nicolaas Frederich Fisher dan Johan de Graf yang berasal dari Hongaria. Bersama dengan para buruh yang berasal dari budak-budak yang dibawa VOC dari Madagaskar dan tawanan perang (krijgsgevangenen) dari daerah sekitarnya.
Menurut J.E. de Meyier dalam De goud-en zilvermijn Salido ter Sumatras Westkust, De Indische Gids 32.1 (1911), disebutkan bahwa budak-budak dari Nias juga dipekerjakan di tambang itu. Kala itu Fisher dan Johan de Graf meyakinkan VOC, eksploitasi Tambang Salido akan memberi banyak keuntungan. Akhirnya bulan Juli 1679, VOC kembali mendatangkan ahli tambang ke Salido. Ia seorang insinyur bernama Johann Wilhelm Vogel asal Jerman.
Selama bekerja di Salido Johann Wilhelm Vogel menulis buku berjudul "Zeven jhrige Ost – Indianische Reise – Beschreibung, Altenburg: J.L. Richter", diterbitkan tahun 1707. (Buku ini menceritakan pengalamanya selama bekerja di Tambang Salido).
Setelah Johann Wilhelm Vogel, VOC kembali mendatangkan ahli bebatuan gunung, Benjamin Olitzsch, bersama dengan seorang asisten bernama Elias Hesse. Tapi malang bagi Benjamin Olitzsch, Ia meninggal pada 28 Mei 1682 di Salido karena sakit. Jenazahnya dimakamkan di Pulau Cingkuak.