MRT Jakarta, singkatan dari Moda Raya Terpadu Jakarta atau Angkutan Cepat Terpadu Jakarta  adalah sebuah sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel listrik di Jakarta. Proses pembangunan telah dimulai pada tanggal 10 Oktober 2014 dan diresmikan pada 24 Maret 2019.
Jakarta adalah ibu kota Indonesia dengan penduduk sebanyak 9 juta jiwa. Diperkirakan bahwa lebih dari empat juta penduduk di daerah sekitar Jabodetabek menempuh perjalanan ke dan dari kota setiap hari kerja.Â
Masalah transportasi semakin mulai menarik perhatian politik dan telah diprediksikan bahwa tanpa terobosan transportasi utama, kemacetan akan membanjiri kota dan akan menjadi kemacetan lalu lintas yang sangat parah sehingga kendaraan tidak bisa bergerak bahkan pada saat baru keluar dari garasi rumah pada tahun 2020.
Transportasi umum di Jakarta saat ini hanya melayani 56% perjalanan yang dilakukan oleh komuter sehari-hari. Angka ini perlu ditingkatkan mengingat Jakarta adalah kota dengan tingkat rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor sebesar 9,5% per tahunnya yang jauh melebihi panjang jalan dengan kenaikan hanya sebesar 0,01% antara tahun 2005 dan 2010.
Transportasi umum di Jakarta saat ini terdiri dari berbagai jenis bus, mulai dari bemo yang sangat kecil, mikrolet yang sedikit lebih besar, hingga mikrobus seperti MetroMini dan Kopaja. Selain bus kota ukuran penuh serta sistem angkutan cepat bus Transjakarta. Terdapat juga taksi dengan roda dua (ojek) dan empat serta sistem Kereta Commuter Jabodetabek.
PENDANAAN
Tahap 1 (Lebak Bulus--Bundaran HI) didanai pinjaman lunak dari JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) dengan tenor pinjaman 30 tahun dan masa tenggang 10 tahun di mana pembayaran pertama dilakukan 10 tahun setelah penandatanganan perjanjian pinjaman sampai 30 tahun setelahnya. Tingkat bunga yang dikenakan sebesar 0.25% per tahun.
Tahap 2 (Bundaran HI--Kampung Bandan) didanai dengan skema serupa namun tenor 40 tahun dan juga dengan masa tenggang 10 tahun. Pencairan pertama pinjaman dikenakan bunga 0,1% per tahun.Â
Pendanaan tahap 2 ini memuat sebagian kecil dari kekurangan anggaran tahap 1, yang disebabkan antara lain dengan adanya pemutakhiran peraturan pemerintah mengenai pencegahan dampak gempa bumi.
PEMBANGUNAN
Kemajuan tahap pertama didanai melalui pinjaman oleh Bank Jepang untuk Kerjasama Internasional (Japan Bank for International Cooperation, JBIC), sekarang bergabung ke Japan International Cooperation Agency (JICA). Jumlah pinjaman IP adalah 536 (ditandatangani November 2006) untuk jasa rekayasa. Pinjaman jasa rekayasa adalah pinjaman pra-konstruksi untuk mempersiapkan tahap konstruksi. Terdiri dari:
- Paket desain dasar, dikelola oleh Ditjenka (Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Departemen Perhubungan)
- Manajemen dan paket Operasi, dikelola oleh Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jakarta)
- Bantuan pembangunan dalam tender, dikelola oleh PT MRT Jakarta
Pinjaman ini akan diteruskan dari Pemerintah Nasional untuk Administrasi DKI Jakarta sebagai hibah (perjanjian penerusan hibah). Setelah penandatanganan perjanjian pemberian untuk LA2, Pemprov DKI akan mengusulkan dua perjanjian pinjaman lain untuk LA3 dan LA4 ke pemerintah pusat.Â
Proposal ini akan menjadi kesepakatan pinjaman untuk pemerintah daerah. Jumlah total LA3 dan LA4 ditujukan sebagai pinjaman oleh pemerintah daerah adalah sekitar 71 Miliar.Â
Jumlah ini didasarkan pada kemajuan, hasil dan serapan LA2. Paket pinjaman total dari JICA untuk pengembangan sistem MRT Jakarta bernilai total 120 miliar.
Pada bulan September 2012, DMRC Delhi Metro mengumumkan bahwa mereka telah diberikan pekerjaan 'Manajemen Jasa Konsultasi' dari sistem MRT Jakarta oleh pemerintah Indonesia. Ini akan menjadi proyek pertama DMRC di luar India.Â
DMRC akan bekerja sebagai bagian dari usaha patungan dengan 8 perusahaan internasional lainnya termasuk Padeco dan Konsultan Oriental, PT Ernst and Young Advisory Services, PT Indotek Teknik Jaya, PT Pamintori Cipia, Manajemen Lambaga dan PT Public Private Partnership dari Indonesia dan Seneca Group DMRC telah menyatakan bahwa tanggung jawab utama dalam JV akan menjadi "finalisasi struktur organisasi Metro Jakarta, perekrutan personil, pembangunan sarana pelatihan dan pelatihan. karyawan untuk berbagai kategori diperlukan untuk memulai operasi ". Konstruksi fisik diharapkan dimulai pada tahun 2013 dan jalur MRT diharapkan akan beroperasi pada 2017.
Pada tanggal 1 Juni 2013, 3 kontrak sipil pertama untuk bagian bawah tanah sepanjang 9,2 km ditandatangani. 3 kontrak dimenangkan oleh 2 konsorsium yang terpisah dari perusahaan Jepang dan Indonesia. 3 kontrak pekerjaan sipil untuk bagian jalur layang diharapkan akan ditandatangani pada kuartal ke-3 tahun 2013. Pengerjaan diharapkan akan dimulai pada Oktober 2013.
LINTAS
Jalur MRT Jakarta rencananya akan membentang kurang lebih 110,8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan--Utara (Koridor Lebak Bulus--Kampung Bandan) sepanjang 23,8 km dan Koridor Timur -- Barat sepanjang 87 km.
Sumber : Â https://id.wikipedia.org/wiki/MRT_JakartaÂ