Mohon tunggu...
ARIFULHAK  ACEH
ARIFULHAK ACEH Mohon Tunggu... Freelancer - Tebar Kebaikan Untuk Ummat

Umur begitu singkat. Karya tulisan akan dikenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hartamu Itu Mau Dibawa ke Mana?

11 Oktober 2024   15:29 Diperbarui: 11 Oktober 2024   21:09 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HARTAMU ITU MAU DIBAWA KEMANA ?

Oleh Arifulhaq  Atjeh

Muslim wajib memahami bahwa keberadaan harta yang dimilikinya tidaklah kekal bersamanya. Harta yang dikumpulkan bertahun-tahun akan ditinggalkan kepada ahli waris dan merekalah sebenarnya yang akan menikmatinya. Lelah yang dilewati buat mengumpulkan harta akan terhenti saat sakaratul maut datang. Nikmatnya harta dunia tidak akan dibawa ke alam kubur.

QS. An-Nahl (17): 71: "Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan kepada para hamba sahaya yang mereka miliki, sehingga mereka sama-sama (merasakan) rezeki itu. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah ?"

Usaha yang dilakukan untuk mengumpulkan harta juga berbeda-beda. Ada yang menempuh jalan lurus, halal, abu-abu, bahkan jalan haram (na'uzubillaah). Sebaliknya, ada juga yang santai, bahkan tidak peduli untuk mempersiapkan bekal kehidupannya (harta) sehingga terjadi ketimpangan dalam pemilikan harta tersebut. Ada yang mati-matian mengumpulkan harta, tak kenal lelah, waktu begitu berharga baginya hingga silaturrahim bahkan beribadah pun tak terpikirkan. Ada juga yang pasrah dengan keadaan yang menyertai dirinya tanpa kesungguhan bekerja seolah ia terobsesi dengan apa yang ditakdirkan pada keadaan tersebut.

Padahal sebuah Hadits, Rasulullah Shallaallaahu 'Alaihi Wasallaam berkata,

"Jika kamu bertawakkal kepada Allaah  dengan sebaik-baiknya, maka Allaah akan memberikan rezeki sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung,ia keluar pada waktu pagi dalam keadaan perut yang kosong dan pulang dengan perut kenyang". ((HR.Ahmad)

Dan  sebagian lainnya mereka yang memilliki kelebihan rezeki atas yang lainnya, Allah telah ingatkan untuk berbagi sebab dengan berbagi kenikmatan rezeki yang diperoleh akan mendapatkan keberkahan. Di dalam harta yang dimiliki akan muncul keberkahan bagi diri,keluarga, dan masyarakat. Melaui zakat, infaq, shadaqah maka harta itulah sebenarnya yang akan dibawa di hadapan Allah Subahanahuwata'ala bukan rumah mewah, mobil,emas berlian, real estate, kebun luas, pangkat jabatan, istri cantik, suami ganteng, keturunan yang manis manja.

"Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya." (HR Muslim No. 1631)

Saudaraku, Ketahuilah bahwa harta yang sebenarnya dimilik itu ada tiga, yaitu apa yang ia makan kemudian habis, apa yang ia pakai kemudian usang, dan apa yang ia infakkan kemudian ia mendapatkan pahala. Sedangkan apa yang selain itu akan hilang dan ia tinggalkan untuk ahli warisnya. (HR. Muslim)

Saudaraku, Berhati-hatilah dengan harta yang dimiliki. Pertama, Bisa jadi ianya sebagai karunia karena bersyukur,taat kepada Allah dan Rasul. Meskipun sedikit yang diperoleh tapi memberikan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakatnya. Kedua, memiliki harta tapi sebagai ujian. Harta kekayaan yang diperoleh banyak, menikmati kehidupan dengan mudah namun bisa jadi harta yang diperoleh itu adalah sebagai ujian bagi kehidupannya. Dan Yang Ketiga, memiliki harta banyak namun hubungan harmonis dengan  keluarga, saudara, tetangga, masyarakat nyaris tak ada. Silaturrahim apalagi beribadah tak sempat dikerjakan karena waktunya habis memikirkan untung rugi yang sedang dijalani. Mereka asyik berhitung dengan apa, siapa dan bagaimana menambah pundi-pundi kekayaan hingga bisa dinikmati oleh 7 generasi keturunannya. Ia tidak sadar bahwa maut telah mengintai di setiap saat. Bila Allah telah berkehendak, maka cukup dengan Kun Fayakun "Jadi,maka Jadilah. Di penghujung masanya ia mulai mengalami keruntuhan kekayaan dan azab mulai datang  barulah tersadar tapi sudah terlambat (Istidraj).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun