Leicester City kini menyisakan lima pertandingan, 26 pemain, dan tentu dengan 26 otak berbeda. Spirit dan determinasi tinggi telah membuat tim kecil ini disegani tim besar.
Dalam tulisannya di theplayerstribune.com, Ranieri mengakui bahwa beberapa tahun lalu banyak diantara pemainnya yang bermain di liga level rendah. Vardy bahkan bekerja di pabrik. Kante bermain di kasta ketiga Liga Prancis. Mahrez malah di kasta ke empat Liga Prancis. Namun, kini Mahrez dan Vardy menjadi duet maut di Liga Inggris, sekaligus menjadi salah satu pencetak gol terbanyak.
Juara atau tidaknya klub yang bermarkas di King Power Stadium ini, memang patut dinanti hingga akhir musim. Tapi itu bukanlah pelajaran terakhir bagi dunia sepak bola. Namun hal terpenting bagi pesepak bola muda dimanapun untuk membuka mata adalah tentang cerita Leicester ini.
Karena ini adalah merupakan sebuah harapan baru bagi pemain muda dan tim sepakbola seluruh dunia, bahkan Indonesia sendiri. Bahwa sepak bola bukan saja soal materi, tapi tentang loyalitas, membuka hati dan membuka pikiran. Vardy, Kante dan Leicester City sudah membuktikan.
Penulis: ARIFUL AZMI USMAN
Ditulis 22 April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H