Indonesia adalah negara agraris dimana seperti kita ketahui bahwa sebagian besar penduduknya hidup dan bekerja disektor pertanian
ditahun 2018 sendiri menurut BPS jumlah pekerja yang bekerja di sektor pertanian di angka 35,9 juta orang atau 29,68 persen dari jumlah penduduk bekerja 121,02 juta orang di seluruh indonesia , Â Â Bahkan ada ungkapan kata yaitu Gemah ripah loh jinawi, kata yang sering disematkan pada Indonesia, kata tersebut memiliki arti yakni kekayaan alam yang berlimpah.Â
Namun walaupun sebagai negara agraris indonesia memiliki beberapa masalah yaitu seputar : Â
1. Stabilisasi Harga Pangan Dalam persoalan lonjakan harga pangan, dalam hal ini banyak solusi yang dicoba diupayakan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah , namun  salah satu problem adalah ada di logistik dariÂ
2. Pelacakan Data dan hasil pertanian yang kurang transparant , saat ini kita memang masih belum mampu melacar jalur distribusi ataupun alur dari hasil pertanian dengan lebih transparanÂ
Nah 2 Masalah diatas sebenarnya mampu di atas jika menggunakan teknologi blockchain , apa itu Blockchain ? ,Nah  Blockchain adalah sistem pencatatan transaksi di banyak database yang tersebar luas di banyak komputer atau sering kita sebut NODES  dimana nodes atau komputer tersebut mencatat berbagai macam catatan yang identikal. Dengan catatan transaksi yang ter-desentralisasi ini, maka hampir tidak mungkin untuk diretas ,dihack atau dirubah secara sepihak, tanpa menguasai jumlah mayoritas dari semua database atau komputer tersebut.Â
Mungkin untuk Blockchain memang sebagian orang mengira bahwa itu cryptocurrency namun satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa crypto hanyalah 1 produk dari blockchain , jadi banyak sekali produk produk yang bisa dibuat melalui blockchain
Berikut adalah solusi Pertanian yang bisa dibuat melalui BlockchainÂ
1. Tracebility atau Pelacakan Produksi Tanaman dan Pangan
Melayani kebutuhan populasi yang meningkat dengan menumbuhkan lebih banyak makanan dengan sumber daya minimal sambil mengurangi jejak lingkungan, memaksimalkan kepuasan pelanggan, memungkinkan transparansi di seluruh rantai pasokan(supply chain) dan menjamin pendapatan yang adil bagi para petani sambil menangani keanehan cuaca - sektor pertanian memiliki banyak tantangan untuk diatasi sambil meningkatkan keuntungan di bawah kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
Dari petani ke produsen dan toko kelontong, blockchain yang digabungkan dengan IoT sedang merombak industri produksi makanan. Blockchain siap membuat pertanian menjadi praktik yang berkelanjutan dengan mengoptimalkan sumber daya pertanian termasuk air, tenaga kerja, dan pupuk menggunakan pendekatan yang disederhanakan.
Mari kita telusuri bagaimana blockchain yang dikombinasikan dengan IoT dapat memfasilitasi petani dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengambil keputusan yang optimal. Â
Â
2. Blockchain Supply Chain di Bidang Pertanian
Pelacakan Supply chain dari  Makanan dan hasil pertanian sangat penting untuk mengeksplorasi sumber dari mana makanan itu berasal Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan yang disediakan aman untuk dimakan.
Dengan munculnya blockchain, menjadi mungkin untuk membawa kepercayaan (trust ) dan transparansi dalam ekosistem rantai pasokan makanan, memastikan keamanan pangan bagi semua orang. Baca lebih lanjut untuk mengetahui caranya.
Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana blockchain rantai pasokan makanan dapat mengurangi penipuan makanan:
Langkah 1: Sensor IoT menghasilkan data atau Petani menyimpan data
Seperti yang dibahas dalam kasus penggunaan di atas, smart farmet memungkinkan sensor untuk menghasilkan informasi penting yang terkait dengan tanaman yang ditanam di ladang.
Jika petani tidak menggunakan metode yang didorong oleh teknologi, maka mereka dapat dengan mudah menyimpan informasi penting seperti kualitas tanaman, jenis benih dan kondisi cuaca di mana tanaman ditanam menggunakan aplikasi mobile mereka.
Data yang ditangkap baik dengan menggunakan sensor IoT atau secara manual oleh petani disimpan di platform penyimpanan terdistribusi, yaitu, IPFS ( IPFS merupakan sistem Penyimpanan data yang terdecentralisasi) dengan alamat yang disimpan di blockchain.
Langkah 2: Distribusi tanaman yang telah Panen ke perusahaan pemrosesan makanan
Setelah tanaman ditanam, perusahaan pengolah makanan mulai menawar pada platform penawaran.
Hasil panen dapat diangkut ke Gudang melalui kendaraan yang terkoneksi oleh IoT, menangkap kondisi suhu di mana barang disimpan dan dikirim.
Setelah penawaran divalidasi melalui smartcontract, hasil panen diproses dan perusahaan menyimpan informasi yang ditangkap pada setiap langkah proses pada blockchain.
Informasi yang dikumpulkan dari gudang dapat membantu pedagang grosir atau pengecer untuk mengkonfirmasi apakah makanan yang dikirim berkualitas baik atau tidak.
Menyimpan data pada blockchain juga dapat memastikan apakah kepatuhan telah dipenuhi pada setiap langkah rantai pasokan makanan.
Langkah 3: Pasokan Makanan Olahan untuk Pedagang Besar dan Pengecer
Setelah barang atau tanaman pangan diproses, pedagang grosir dan pengecer dapat mengajukan penawaran untuk produk yang mereka inginkan melalui platform penawaran(Bid atau Lelang) . Mirip dengan pengangkutan tanaman ke Gudang , barang makanan juga didistribusikan ke pedagang grosir dan pengecer di kendaraan berkemampuan IoT.
Rantai pasokan Blockchain menawarkan keterlacakan dengan membantu perusahaan makanan melakukan penarikan makanan atau investigasi dengan cepat dan mulus.
Langkah 4: Konsumen dapat melacak kembali rantai pasokan
Dari detail asal usul pertanian ke detail transportasi, nomor batch, pemrosesan makanan dan data pabrik, detail kedaluwarsa, suhu penyimpanan, dan detail lainnya yang secara digital terhubung ke item makanan dalam blockchain, konsumen dapat menjelajahi semuanya dengan kembali menelusuri rantai pasokan.
Rantai pasokan makanan berdasarkan blockchain dapat membantu pemangku kepentingan yang berbeda untuk mengakses informasi terkait dengan kualitas makanan di setiap tahap.
Karena blockchain menghadirkan transparansi dalam ekosistem rantai pasokan makanan, akan lebih mudah untuk mengetahui kapan dan bagaimana makanan telah terkontaminasi.
Mari kita lihat arsitektur untuk platform penawaran waktu nyata yang dibangun di blockchain yang akan memungkinkan semua pemangku kepentingan untuk menawar hasil panen dan makanan olahan.
Kesimpulan
Sampai dengan hari ini kebutuhan blockchain di dunia pertanian terus bertambah dan semakin kompleks, dengan segala potensinya blockchain mampu menarik minat penggunanya mulai dari industri pertanian dan perkebunan skala kecil hingga skala besar untuk menyempurnakan layanan mereka, dengan suksesnya pemanfaatan blockchain di sektor pertanian di luar negeri maka hal ini menjadi lampu hijau untuk perusahaan penyedia layanan blockchain di Indonesia untuk mengenalkan layanan blockchain mereka seperti blockchain Vexanium ke sektor pertanian di Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI