Secara eksplisit, Cak Nur tidak menuliskan dengan gamblang problem-problem yang dialami perempuan dalam peradaban Islami, akan tetapi NDP hanya membahas problem-problem peradaban secara umum. Tetapi secara implisit kita dapat menjawab problem keperempuanan dalam Islam, terkhusus bagaimana gerak perubahan sosial yang akan HMI lakukan, ketika kita mengaji NDP dengan perspektif keperempuanan.
Dalam NDP, ketidakadilan dalam kehidupan sosial terjadi karena adanya kehidupan kelas yang ditentukan lewat kekuatan ekonomi yang menciptakan golongan kaya dan miskin. Sehingga melahirkan kelas mustakbirin (penindas) yang berposisi sebagai thagut/tirani, dan kelas mustad'afin (tertindas).Â
Posisi perempuan tentunya bisa kita masukkan dalam kondisi kelas musta'afin. Faktor yang menjadikan perempuan berada dalam posisi yang tertindas dikarenakan pemiskinan terhadap perempuan.Â
Hal ini yang menyebabkan perempuan menjadi rentan terhadap kekerasan dan penindasan dalam peradaban. Menjadi sebuah pertanyaan kita adalah mengapa pemiskinan perempuan ini terjadi, yang menyebabkan kezaliman terhadap perempuan?
Menjawab pertanyaan di atas, bahwa akar segala kezaliman menurut NDP adalah kesyirikan. Syirik merupakan sikap seseorang menciptakan berhala, atau tempat bergantung selain kepada Allah, yang menyebabkan dia bergantung kepada berhala yang diciptakannya tersebut. Berhala tersebut bisa berupa keinginan-keinginan manusia yang mementingkan dirinya saja.Â
Hal ini akan menjauhkan manusia dari fitrah kemanusiaannya yang senantiasa melakukan kebaikan sebagai wujud pengabdian dirinya kepada Allah.Â
Sehingga tauhid menjadi sebuah nilai dasar yang membebaskan manusia dari segala belengu-belengu berhala tersebut dan mengarahkan manusia kepada fitrahnya sebagai manusia (Q.S 30:30) yang memahami bahwa tujuan dia diciptakan hanya semata-mata beribadah kepada Allah SWT (Q.S 43:56).
Dari pandangan singkat yang kami paparkan tentang NDP diatas kita dapat pahami problem kemanusiaan, termasuk didalamnya problem keperempuanan, merupakan hasil dari tirani maskulinitas yang menyebabkan aspek feminitas mendapat perlakuan penindasan.Â
Dan dengan memahami tauhid yang benar, kita dapat membebaskan perempuan dari belengu penindasan dengan memberi ruang gerak kepada perempuan untuk bersama-sama dengan laki-laki untuk menciptakan peradaban yang dicita-citakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H