Dan juga nalar berpikir irfani, yaitu nalar berpikir yang mengedepankan pengalaman spiritual dalam memahami sebuah masalah. Golongan ideal-formalistik ini  bisa kita lihat dalam gerakan Islam Fundamentalis dan Konservatif.
Kedua golongan transformatif yang mengedepankan nalar berpikir burhani, yaitu nalar berpikir yang berpijak pada realitas yang kemudian diabstraksi dalam menjawab problem yang ditemui. Pemahaman ini cenderung liberal dan sekuler karena menepikan al-Qur'an sebagai teks yang otoritatif dalam Islam, yang menjadi sumber dan pedoman manusia dalam menjalani kehidupan.Â
Kemudian yang ketiga adalah golongan reformatif yang menyintesiskan tiga nalar epistimologi tersebut sehingga dapat menjawab berbagai tantangan dan hambatan yang dialami perempuan tanpa adanya benturan antara realitas dan al-Qur'an.
Keperempuanan merupakan isu kritis dalam kehidupan manusia, bahkan dalam kehidupan organisasi. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai salah satu organisasi yang memiliki visi menyelaraskan kehidupan keummatan dan kebanggasan mesti menelaah isu ini dalam isu menejerial organisasi.Â
Organisasi tentunya merupakan kumpulan identitas-identitas yang jelas sangat berpengaruh oleh kualitas maskulin dan feminin dalam pengalaman organisasi. HMI merupakan organisasi yang menyatakan diri sebagai organisasi yang berasaskan Islam.Â
Oleh karenanya, HMI mencoba menafsirkan Islam yang selaras dengan realitas keindonesiaan yang menjadi misi yang diemban kader-kadernya dalam sebuah teks yang menjadi dokumen resmi HMI yaitu Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP). NPD, yang dirumuskan oleh Nurcholis Madjid (Cak Nur), merupakan intisari dari al-Qur'an dan Hadits yang berisi pokok-pokok pikiran tentang Ideologi Islam tentang kehidupan yang ideal.Â
Tema-tema yang dibahas dalam NDP dirumuskan dalam delapan bab ini menjawab berbagai problem kehidupan peradaban manusia, sehingga mampu menghasilkan solusi untuk memajukan peradaban.Â
Isu sentral dalam NDP adalah Tauhid sebagai basic value merupakan teologi pembebas manusia dari segala problem dengan membebaskan diri dari nilai-nilai tradisional yang menghambat kemajuan peradaban, yang mengarahkan kepada modernisasi nilai-nilai kehidupan.
Dalam sejarah gerakan Islam, upaya memodernisasi mengalami puncaknya ketika kekalahan bangsa Arab pada perang enam hari di tahun 1967. Isu-isu demokrasi, kesetaraan dan hal-hal yang menunjang hadirnya masyarakat civil society sebagai hal yang akan membangkitkan bangsa Arab digaungkan.Â
Isu keperempuanan dalam Islam merupakan hal yang menjadi kajian dalam modernisasi nilai tersebut. Lahirnya tokoh seperti Fatima Mernissi di Maroko memberikan angin segar kajian perempuan yang progresif sehingga memberikan angin perubahan yang reformatif dalam kajian tentang keperempuanan dalam pemikiran Islam.
Refleksi perjalanan Cak Nur ke Timur Tengah pada tahun 1968 sebagaimana dalam penuturannya, yang menghasilkan NDP tentunya sangat berpengaruh dengan gejolak pemikiran yang terjadi di Bangsa Arab ketika itu.