Mohon tunggu...
AyahArifTe
AyahArifTe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Ayah

Penulis dan mantan wartawan serta seorang ayah yang ingin bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Tradisi Berbuka dan Sahur yang Menciderai Makna Sejati Puasa

6 April 2023   22:42 Diperbarui: 6 April 2023   22:49 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan tradisional - sumber : photosforyou - pixabay.com

APA nih maksudnya? Menciderai makna sejati puasa? Sabar. Saya ingin mengawali artikel ini dengan menutip sejarah puasa berdasarkan pendapat Imam Qurtubi dalam buku Misteri Bulan Ramadhan yang ditulis oleh Yusuf Burhanudin. Di buku tersebut, tertulisa bahwa manusia pertama yang melakukan puasa adalah Nabi Nuh A.S., setelah turun dari bahteranya sebagai bentuk rasa syukur pada Allah SWT setelah lolos dari badai dan banjir bandang menghantam perkampungan kaumnya. 

Kemudian Nabi Musa A.S. berpuasa satu hari pada (kalau sekarang sama dengan) 10 Muharram juga sebagai bentuk rasa syukur Allah Maha Kuasa setelah lolos dari kejaran Firaun dan pasukannya. Nabi Muhammad SAW mengetahui hal ini melalui kaum Yahudi di Madinah sesaat setelah Rasul SAW hijrah ke kota itu. Umat Islam pun berpuasa pada hari yang sama yang kemudian dikenal sebagai Hari Asyura. 

Pada tahun kedua Hijriah, Allah menurunkan wahyu-Nya yang memerintahkan umat Islam wajib berpuasa dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yang pada saat yang hampir bersamaan turun perintah pengubahan kiblat shalat dari Baitul Maqdis di Palestina ke Masjidil Haram di Mekkah, Arab Saudi.

... berpuasa punya dampak positif yang banyak sekali pada kesehatan manusia.

Dari ketiga peristiwa itu jelas terlihat bahwa tujuan berpuasa adalah sebagai rasa syukur pada Allah SWT. Kemudian tujuan itu berkembang seiring dengan berbagai penelitian ilmiah yang dilakukan oleh para ahli gizi dan kesehatan yang tertuang dalam berbagai jurnal. Ternyata perintah Allah kepada mereka yang beriman (yang beriman aja loh ya) untuk berpuasa punya dampak positif yang banyak sekali pada kesehatan manusia.

Beberapa di antaranya adalah bahwa dengan berpuasa akan terjadi keseimbangan anabolisme dan katabolisme, menghindari kadar keasaman dalam darah dan penurunan glukosa yang tentu bagus sekali untuk mereka yang mengidap penyakit gula darah. Selain itu, akan berdampak positif juga untuk jantung serta peningkatan kekebalan daya tahan tubuh. Anda bisa temukan berbagai artikel tentang ini dengan 'bertanya pada mbah google'.

Jadi, kegiatan berpuasa sebagai rasa syukur yang awalnya dilakukan oleh para Nabi dan Rasul SAW dalam waktu yang sama juga berdampak amat baik bagi kesehatan tubuh manusia. Betapa hebatnya rencana Allah 'kan?

Tapi ... tunggu dulu ... Kabar buruknya adalah kita - khususnya yang di Indonesia (saya kurang paham dengan di negara lain), memiliki tradisi mengonsumsi makanan dan minuman saat berbuka dan sahur yang justru merusak makna sejati dari tujuan berpuasa itu. Gorengan, contohnya, adalah menu paling digemari saat berbuka puasa. Ya 'kan? Hanyoo ... ngaku aja deh hehehe ...

Saya sendiri memang melakukan kesalahan ini sejak kecil dan remaja yang terbiasa berbuka dengan yang manis-manis dan selalu dingin. Baru sekitar satu dekade belakangan ini saya mulai mengubah pola makanan dan minuman saat berbuka dan sahur dengan yang lebih sehat. Saat berbuka saya hanya cukup minum air mineral biasa (tidak dingin), tiga-lima butir kurma serta buah-buahan. Makan besar baru saya lakukan setelah shalat taraweh. 

Suka atau tidak suka, kenyataan ini memang pahit sih untuk diketahui.

Jadi, yang saya maksud 'menciderai makna sejati berpuasa' itu adalah apabila kita secara sadar mengonsumsi makanan dan minuman yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan pada tubuh Anda sendiri. Kalau boleh lebih kasar saya mungkin bisa mengatakan 'mengkhianati makna sejati berpuasa'. Suka atau tidak suka, kenyataan ini memang pahit sih untuk diketahui. Bahkan saya bisa katakan ironis. Allah sudah mewajibkan kegiatan berpuasa yang ternyata punya dampak yang positif tapi malah kita merusaknya, ya 'kan. 

Sudahlah ya ... saya tidak ingin melanjutkan artikel ini, cukup ini saja. Semoga ini menjadi bahan renungan kita bersama. Saya pun bukan berarti sudah paling benar. Saya masih berupaya untuk melakukannya dengan benar sehingga tidak menciderai makna sejati puasa itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun