Mohon tunggu...
AyahArifTe
AyahArifTe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Ayah

Penulis dan mantan wartawan serta seorang ayah yang ingin bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulis Cerpen Itu Sulit? Ini Tipsnya

18 Februari 2023   08:12 Diperbarui: 18 Februari 2023   16:40 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 StartupStockPhotos - Pixabay 

Lalu, bagaimana menulis cerpen? Justru menurut saya, menulis cerpen itu yang paling mudah. Kok bisa? Iya, mudah kok. Caranya, Anda coba ajak ngobrol seseorang. Entah, seorang kawan yang Anda temui setelah membaca tulisan ini atau pasangan Anda, entah siapa lah. Yang penting makhluk hidup. Bisa diajak komunikasi (untuk tingkat advance, bahkan bisa ... ah, sudahlah ... nanti saja bagian ini ... haha).

Hasil ngobrol itu Anda tulis. Ya, tulis dialog itu. Bahkan, kalau perlu rekam percakapan Anda itu dengan ponsel secara diam-diam. Nah, mudah 'kan? 

O iya, mungkin Anda bertanya lagi, ngobrol tentang apa? Nah ini lebih mudah lagi. Anda hanya perlu melihat apa yang ada di sekeliling Anda dan lawan bicara Anda. Kalau ada kucing, bicaralah tentang kucing. Kalau ada tikus lewat, ya lebih seru lagi. Pasti Anda bersama kawan akan kabur 'kan. Nah, Anda bisa bicara soal ketakutan terhadap tikus. Kapan mulai takut. Apa yang Anda takutkan. Bagaimana cara berburu tikus. Pengalaman berburu tikus. Sudah banyak 'kan bahan obrolan? Begitulah kira-kira. 

Apakah itu sudah bisa disebut cerpen? Belum, dong. He he. Yang namanya cerpen 'kan tergolong fiksi. Fiksi itu khayalan, secara singkat begitulah maknanya. Lalu, bagaiman supaya bisa disebut cerpen. Ya, buatlah hasil percakapan itu sebagai khayalan. Anda khayalkan proses dan ujung ceritanya. 

Misalnya obrolan soal ketakutan terhadap tikus tadi, Anda bisa berkhayal seandainya percakapan itu antara dua orang yang sedang bingung cari pekerjaan, lalu Anda dan kawan itu punya ide untuk menjual jasa berburu tikus. Lalu, berkhayal mencari informasi berbagai jebakan atau cara menangkap tikus. 

Lalu, Anda berdua sibuk mencari modal untuk membeli alat-alat penangkap tikus. Lalu, sibuk mencari pelanggan. Sampai akhirnya Anda berdua bertemu dengan calon pelanggan seorang wanita cantik nan bahenol. Single, pun (hihi .. namanya juga berkhayal 'kan). Lalu Anda berdua jatuh cinta pada si calon pelanggan. Lalu, Anda malah sibuk menarik hati si gadis ketimbang cari cuan. Lalu ... jadilah barang itu! Cerpen tentang "Dari Tikus Turun ke Hati". Haha ... 

Jadikan sebagai creative attitude (kebiasaan kreatif)

Nah, tantangan berikutnya memang adalah bagaimana bisa memiliki daya khayal. Om Bud (nama panggilan Budiman Hakim) punya tips yang amat mudah. Dia bilang di era media sosial seperti sekarang setiap orang pasti punya kebiasaan memberikan komentar di akun-akun media sosial orang lain. "Nah, buatlah komentar-komentar yang tidak lazim, bukan komentar yang sekadar 'wow, keren'. Tapi, komentar yang atraktif, yang khas Anda," begitu katanya. 

Saya pun menuruti kata-kata dia (inget ilmu 'gelas kosong' tadi). Komentar saya di media sosial kalau mau bilang setuju, selalu saya tulis, "Se7, se8, 9, 10." Sesederhana itu. Dan ini harus terus dilatih. Tulis komentar-komentar yang asik dan kreatif khas Anda. Lakukan terus-menerus. Bukan sekali-dua kali. Jadikan sebagai creative attitude (kebiasaan kreatif), kata Om Bud. 

Ini saja langkah-langkah yang perlu Anda pupuk dan latih terus setiap hari kalau Anda mau menulis cerpen. Sederhana. Sulit, mungkin iya. Tapi, mungkin untuk dilakukan 'kan? Bahkan, mungkin bisa setiap hari lahir cerpen. He he ...

By the way, apa yang Anda baca ini juga adalah apa yang ada di kepala saya di pagi hari. Di tengah kebekuan ide saya untuk menulis apa dan di tengah rencana menulis beberapa cerpen untuk buku-buku antologi (baik cerpen/fiksi maupun non-fiksi) saya bersama kawan-kawan komunitas penulis. 

Loh, kok jadi panjang ya? Ya begitulah. Selamat mencoba ya. Semoga berhasil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun