Belakangan saya sibuk berkutat dengan artikel-artikel fiksi. Tepatnya cerita pendek (cerpen). Bahkan cerita yang pendek sekali. Atau fiksi mini, menurut istilah penulis kawakan, Gol A Gong. Sebuah gaya cerita pendek yang tidak panjang alias mini dan dengan plot twist (mengejutkan/tidak disangka) di akhir cerita. Sebuah gaya yang saya sangat suka.Â
Panjangnya maksimal hanya 1000 kata. Asik. Tak perlu berpikir panjang. Tantangannya memang di akhir cerita dan bagaimana membuat pembaca  mau terus membaca dari awal hingga akhir. Dengan kata lain, membangun rasa kepo (bahasa anak sekarang). Ini tantangan yang tidak mudah.Â
"Jangankan bikin kepo, Rif. Nulis cerita satu paragraf aja udah keringetan gue! Hahaha ... " seloroh seorang teman ketika saya ajak untuk ikut menulis cerpen.Â
Saya bisa memaklumi, sih. Memang tidak mudah, tapi itu mungkin. Kalau ada kemauan. Nah, biasanya kemauan ini lah yang jadi mental block banyak orang. Penulis Budiman Hakim, dari komunitas The Writer, dan seorang penulis naskah iklan (copywriter) terkenal di negeri ini, pernah bilang begini, "Tulislah lebih dulu apa yang ada di pikiran kita, setelah itu edit/sunting naskahnya."
Saya sendiri saat memberikan tips menulis kepada siapa pun selalu mengatakan, "Tulis apa yang kamu pikirkan. Bukan berpikir apa yang mau ditulis! Kalau dipikir-pikir terus, itu bukan menulis namanya. Tapi, berpikir untuk menulis. Padahal tugasnya adalah menulis."
Menulis cerpen pun tidak sulit sebenarnya. Banyak berlatih saja. Mungkin Anda yang membaca ini akan mengatakan, "Ah, Anda kan memang sudah berpengalaman, jadi mudah saja bicara." Kalau boleh menanggapi pernyataan itu, begini saya akan bilang, "Dulu awalnya pikiran saya sama dengan Anda. Haha ... Tapi, yang saya lakukan adalah mulai menulis."
Yes, langkah pertama memang mulailah menulis. Menulis ya! Bukan berpikir menulis! Sekali lagi, MENULIS, MENGETIK! Setelah mulai menulis, cari teman yang memang berpengalaman menulis untuk membaca hasil tulisan Anda. Ini sudah masuk yang namanya proses editing.Â
O ya, sebelum mulai menulis - untuk menghancurkan mental block, Anda harus memiliki juga mental belajar. Humble. Siapa pun, Anda, apa pun profesi Anda, pupuklah mental 'gelas kosong'. Anda harus siap 'diisi gelas' alias belajar. Belajar mendengarkan, menyimak, memahami dan menjalankan apa yang disarankan. Bukan mengasah keahlian berdebat (karena merasa tulisan Anda sudah benar).Â
Menulis ya! Bukan berpikir menulis!
Kalau sudah punya mental mau belajar, lalu bertekad mau menulis, pasti jadi barang itu - begitu istilah orang-orang politik (hehe). Sekali lagi ya, MENULIS! Bukan berpikir untuk menulis.Â