Mohon tunggu...
AyahArifTe
AyahArifTe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Ayah

Penulis dan mantan wartawan serta seorang ayah yang ingin bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mindset Bahagia - Kapan Waktu yang Tepat? (Bagian 2 dari 2 Tulisan)

1 Juli 2022   14:24 Diperbarui: 1 Juli 2022   14:30 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jane Marczewski mengidap kanker sejak 2017. Dua kali sempat dinyatakan sembuh tapi pada akhirnya ia meninggal pada Februari 2022. Saat audisi AGT 2021 ia sedang mengidap kanker kedua kali pada tiga lokasi di tubuhnya. Di saat itulah ia mengungkapkan kalimat sakti tersebut. Sungguh bukan kondisi dan waktu yang jauh dari ideal untuk bisa mengatakan, “Saya bahagia”.

Ada juga Nic Vujicic. Lelaki kelahiran 1982 berdarah Serbia ini lahir tanpa tangan dan kaki (akibat penyakit langka di dunia, tetra-amelia syndrome). Pada usia 17 tahun ia tergugah pada sebuah artikel di koran yang ditunjukkan ibunya. Artikel itu menceritakan bagaimana seorang perempuan berdoa dengan tubuh yang cacat. Ia pun mulai berdoa seperti yang ditunjukkan artikel bersama kawan-kawannya.

Sejak itu keajaiban-keajaiban mulai terjadi pada dirinya. Hingga akhirnya kini dikenal sebagai motivator, pendiri dua yayasan kemanusiaan dan penulis buku motivasi. Buku pertamanya berjudul Life without Limits; Inspirational for Ridiculously Good Life diterbitkan pada 2010.

Di negeri kita sendiri ada sosok bernama Handry Satriago. Lelaki kelahiran 1969 ini pada usia 17 tahun ‘divonis’ mengidap penyakit kanker getah bening yang membuatnya harus memakai kursi roda hingga sekarang. Saat mengetahui penyakitnya itu, Handry terpuruk dalam kesedihan dan jatuh mental. Tapi, tiga bulan setelah itu ia memutuskan untuk bangkit.

Berkat tekadnya itu, ia mampu menembus ujian masuk IPB dan menjadi sarjana yang kemudian disusul jenjang pendidikan lebih tinggi lagi. Bahkan gelar dua cum laude ia sabet dengan gagah. Karirnya diawali dari bawah hingga akhirnya ia berhasil menjadi orang Indonesia pertama yang sangat lokal (semua jenjang pendidikan ditempuh di dalam negeri) yang duduk di kursi pimpinan perusahaan asing sekelas General Electric hingga sekarang. Dan semua itu diraih oleh Handry dari atas kursi roda! Kisah perjuangannya bisa lihat di video ini.

Kembali ke pertanyaan di judul; kapan waktu yang tepat untuk merasa bahagia? Ini masalah mindset memang. Saya berharap kedua artikel ini mudah-mudahan bisa membuat Anda menjawab sendiri waktu yang tepat untuk merasa bahagia sejati (bukan yang jebakan Batman). Salam bahagia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun