Mohon tunggu...
AyahArifTe
AyahArifTe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Ayah

Penulis dan mantan wartawan serta seorang ayah yang ingin bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Uber Cup 2022: Ada Apa dengan Akane dan Bilqis?

11 Mei 2022   22:22 Diperbarui: 11 Mei 2022   22:29 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Getty Images - Indiatimes

Di partai-partai sebelumnya, dalam kejuaran Asia itu, Akane sempat mengalahkan pemain lain memang. Namun, Akane seperti memang tidak on fire karena semuanya dikalahkan dalam tiga set - termasuk pemain Indonesia Komang Ayu Cahya Dewi (21-23, 21-9, 21-19). Padahal Komang peringkat ke-203 WBF. Jadi, bisa jadi Akane memang sedang tidak dalam the best form. 

Saya masih ingat dan kagum dengan Akane ketika berhasil merontokkan ratu bulutangkis Taiwan pada Perancis Terbuka November 2018 atau saat ia mengalahkan ratu lain dari Cina, Wang Shixian pada Jepang Terbuka Februari 2018. 

Di laga itu, Akane menunjukkan performa terbaiknya meskipun secara fisik tubuhnya tidak seatletis kedua ratu tersebut. Ke mana pun bola ia kejar dan kembalikan serta mematikan.

Kekalahan dari Bilqis merupakan puncak dari performa buruk Akane sepertinya. Sedangkan Bilqis, pemain debutan Indonesia berusia 19 tahun, memang dalam puncak performa plus ia tak punya beban (hanya untuk mendapatkan pengalaman saja). 

Ini terlihat dari beberapa kali gaya khas anak-anak remaja bermain badminton saat tak bisa menggapai shuttlecock dari lawan yang terkesan ogah-ogahan.

Dalam partai melawan Jerman, Bilqis mengalahkan Fiorentine Schoffski yang peringkatnya jauuuhh dari Bilqis - dengan skor 21-12, 12-21 dan 21-7. Meski itu hanya berlangsung 41 menit. Bingung kan?

Kekalahan Akane juga bagian dari kesalahan manajemen tim Jepang yang memaksakan Akane main terus setelah kejuaraan Asia pekan lalu. 

Sementara tim Indonesia menyiasati dengan membagi dua tim. Tim pertama yang lebih senior dan peringkat lebih tinggi bermain untuk SEA GAMES (meski akhirnya kandas juga) dan Tim Uber Cup.

Begitulah badminton! Kalau dalam sepakbola ada istilah bola itu bundar, nah di badminton ada "shuttlecock itu berbulu, bung!" Kalau tak ada bulu, mana bisa dia terbang. Jadi, kadang terbang ke sana, kadang ke sini, terserah-serah dia lah ... hehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun