Mohon tunggu...
AyahArifTe
AyahArifTe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Ayah

Penulis dan mantan wartawan serta seorang ayah yang ingin bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Seperti Apa Mental Anak Jelang UTBK-SBMPTN?

16 Maret 2022   14:26 Diperbarui: 18 Maret 2022   11:01 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mempersiapkan anak jelang UTBK-SBMPTN tak hanya dari segi kesiapan dan penguasaan materi pelajaran, tetapi juga dari segi mental anak. Foto: Kompas.com/Garry Lotulung

Apakah dua pilihan perguruan tinggi itu berpengaruh pada saya di kemudian hari? "Sangat!" Itu jawaban saya dulu. Tapi, kemudian setelah saya piklr-pikir lagi. Ternyata, bukan pilihan itu yang menentukan jalan hidup saya di kemudian hari. Apa dong?

Perenungan ini terjadi ketika saya berminat untuk menulis Topik Pilihan di Kompasiana tentang UTBK-SMBPTN. Perlu waktu berhari-hari untuk sampai pada ide tulisan sekarang ini. Hasil perenungan itu adalah ternyata adalah 'winning mentality' atau mental pemenang yang berpengaruh besar terhadap jalan hidup saya hingga hari ini. Mental itu saya peroleh ketika saya jalankan bisnis MLM.

Tanpa sadar langkah-langkah sukses (khususnya baca buku) berbisnis MLM itu telah mengubah mindset saya tentang apa yang sudah, sedang dan akan terjadi pada hidup saya. Kenapa saya bilang tanpa sadar? Karena saya baru menyadari saat akan membuat tulisan terkait Topik Pilihan UTBK-SMBPTN.

Saat itulah saya tidak lagi menganggap pilihan berkuliah di akadami sebuah kementerian itu dulu adalah suatu hal yang useless karena saya pilih secara pasrah. Begitu juga dengan berkuliah di Fakultas Sastra. Semua itu menjadi jejak basic karier saya hingga detik ini.

Lalu, apakah mental pemenang itu? Secara tersirat pernah saya bahas di tulisan saya yang lain (di sini) meski tidak spesifik tentang mental pemenang. Namun, saya berpendapat bahwa menanamkan winner mentality kepada anak-anak kita sangat urgent untuk zaman sekarang. Apalagi mental crazy rich yang membuncah dalam 1 dekade belakangan ini (bahkan baru-baru ini beberapa oknum menjadi tersangka dan dipenjara).

Photo by Nataliya Vaitkevich from Pexels
Photo by Nataliya Vaitkevich from Pexels

Teori dan contoh mental pemenang sebenarnya bertebaran di berbagai media. Di artikel ini, saya mencoba untuk membeberkan secara singkat saja (ini pun bukan pemikiran murni saya -- hanya pernah baca dan mendengar serta menyaksikan di berbagai media);

  • Berprasangka baik terus-menerus.

Mental ini bagi saya sendiri pun masih terus saya asah dan belajar untuk tetap konsisten. Banyak orang sukses ternyata mental utamanya ya ini. Kebetulan dulu saya pernah menjadi wartawan di sebuah surat kabar berbahasa Inggris dan mendapatkan tugas mewawancarai banyak CEO yang peraih penghargaan Ersnt & Young Award. Dari situ saya belajar banyak tentang kesuksesan.

  • Terus mencoba, jangan alergi dengan kesalahan.

Banyak orangtua yang selalu takut anaknya berbuat salah, sehingga selalu melarang ini-itu. Padahal, sikap berani mencoba dan berbuat salah adalah bagian perjalanan sukses. Kita tidak akan pernah tahu sesuatu itu benar kalau kita tidak pernah mencoba, bukan? Berbekal kesalahan kita akan berinovasi dan berkreasi agar tercapai atau menemukan cara yang benar.

  • Jadikan pengalaman orang lain sebagai guru terbaik.

Selalu membaca, nonton atau mendengar kisah-kisah orang sukses adalah salah-satu sikap/mental pemenang. Kisah-kisah seperti ini saat ini mudah sekali ditemui di berbagai media digital. Sebagai orangtua pun tak ada salahnya turut membaca, nonton kisah-kisah ini agar bisa diceritakan kepada anak-anak kita.

  • Terus merasa hijau, jangan pernah merasa matang (akan cepat busuk ... hehe)    

Dengan kata lain, terus belajar dan belajar sepanjang hidup. Banyak orang yang sudah usia lanjut masih tetap menggali ilmu.

  • Fokus pada kemampuan diri, bukan silau pada kemampuan orang lain.
  • Setiap pribadi pasti memiliki keunikan sendiri. Sehingga bila ada dua orang mendapatkan ilmu dan kecerdasan yang sama, hasilnya bisa berbeda. Lucunya, sebagai orangtua, tak jarang ada kecenderungan membandingkan kemampuan anaknya dengan anak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun