Mohon tunggu...
AyahArifTe
AyahArifTe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Ayah

Penulis dan mantan wartawan serta seorang ayah yang ingin bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Angka-angka pada Rapor dan IPK, Idaman Anak atau Ambisi Orangtua?

10 Februari 2022   07:15 Diperbarui: 18 Februari 2022   21:37 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembagian rapor (Sumber gambar dari Kompas.com)

Tambahan lagi dunia pekerjaan sekarang tidak selalu menuntut lulusan sekolah maupun kampus dengan nilai-nilai yang 'wow'. 

Dunia pekerjaan saat ini justru mengidamkan lulusan yang punya keterampilan lebih dan beretika. Itu menurut saya loh, ya.

Saya pernah mendengar dan membaca kisah raja kapal dunia pada eranya, Aristotle Onasis yang memulai usahanya dengan modal pintar meyakinkan calon pelanggannya. 

Ia konon menawarkan tembakau kepada seorang saudagar yang kemudian karena terkesima dengan mulut manis Onasis. 

Sang saudagar menyuruhnya bertemu dengan manajer produksinya yang lantas ia mendapatkan surat kontrak pembelian tembakaunya (padahal si saudagar belum bicara soal kontrak pembelian).  Tapi, Onasis berhasil mendapatkan kontrak pembelian itu pada usia belia. 

Pada usia 26 ia kemudian beralih pada bisnis perkapalan yang kemudian membawanya pada kesuksesan luar biasa dengan julukan Raja Kapal Tanker dunia.

Jack Ma, pebisnis ulung asal Tiongkok pun pernah berseloroh bahwa ia tak mau mempekerjakan orang yang punya prestasi akademik di kampus seperti yang ditulis di buku Alibaba:The House that Jack Ma Built yang ditulis Duncan Clark.

Masih banyak lagi kisah orang-orang sukses yang berawal dari anak-anak yang dicap 'tak pintar' di sekolahnya. 

Bahkan, Daniel Goleman, seorang psikolog pencetus teori Emotional Quotion (EQ) atau kecerdasan emosional mengatakan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, di antaranya adalah EQ yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustrasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerjasama. 

So, tidak berlebihan kan definisi pintar yang saya sebut tadi? Semoga tulisan ini membantu dan bisa menjadi pencerah bagi siapa pun yang membaca. 

Sekali lagi, ini hanya pendapat pribadi saja. Bila mungkin terkesan sotoy atau sok tau, ya itulah namanya pendapat pribadi toh? Bagaimana dengan Anda? Apa definisi pintar menurut Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun