Mohon tunggu...
Arif Swa
Arif Swa Mohon Tunggu... Insinyur - Product Management

Product and Innovation Management @ Indonesian Telecom Operator, senang belajar tentang kehidupan, marketing dan inovasi di https://kopicoklat.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tautan Cinta Alam Semesta dan Manusia: Renungan dari Kidung Agung

13 Juni 2023   15:37 Diperbarui: 13 Juni 2023   15:40 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Relasi tanpa penguasaan diri akan membawa pada bencana. Alam tidak mampu lagi mencurahkan keindahan kasih yang bisa dirasakan semua indera manusia. Kelembutan hamparan rumput semakin langka, indera peraba hanya bisa merasakan kerasnya beton dan aspal. Indera pencium akan menghirup udara yang bercampur dengan berbagai polutan. Keindahan alam akan dipisahkan dengan indera penglihat oleh campuran asap dan kabut (smog) dari pembuangan hasil pembakaran dari industri dan kendaraan bermotor dalam jumlah yang tidak terkendali. Smog dapat berdampak serius pada gangguan kesehatan manusia dan makhluk hidup lain.

Gaya hidup yang berujung pada produksi sampah yang berlebihan, lalu dibuang tanpa pengelolaan yang memadai dan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat, membuat alam kewalahan untuk menampung dan mengurainya. Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang bisa digunakan sebagai refleksi. TPST Bantar Gebang adalah tempat pembuangan sampah terbesar di Asia Tenggara. Total luas kawasan pembuangan sampahnya sudah mencapai 110,3 hektar. Akun Instagram Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pernah menyebutkan tinggi "gunung" sampah di Bantar Gebang setara dengan gedung 16 lantai atau setinggi 40 meter.

Kemampuan alam dalam menyediakan kebutuhan manusia akan terus berkurang. Siklus alami yang dijalankan tidak akan berjalan secara seimbang dan berkelanjutan. Bencana yang bisa dihindari hanya dengan respon balik, cinta dari manusia kepada alam.

Hidup tidak bisa lepas dari tantangan godaan dan gangguan. Demikian juga cinta kepada alam semesta. Oleh karena itu, Kidung Agung mengajarkan cinta yang murni, bebas dari gangguan. Cinta yang mendua tidak akan membawa manusia pada cinta yang sejati (Mat 6:24).

Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga! (Kid 2:15).

Manusia tidak boleh membiarkan adanya gangguan dari keserakahan dalam cintanya kepada alam semesta. Keserakahan yang diberi makan akan terus tumbuh, dan mampu mengganggu keseimbangan alam, bahkan merusak alam yang menuntun kepada maut (Yak 1:15). Keserakahan bagai rubah dalam diri manusia.

Tetapi manusia mempunyai keterbatasan. Mengalahkan rubah-rubah itu tidak mudah. Manusia harus terus berjuang untuk mengalahkannya dan sangat memerlukan pertolongan dari Tuhan, dari waktu ke waktu.

Mari kita murnikan cinta kita agar mampu terus tumbuh, agar bisa terus menyatakan cinta yang seutuhnya kepada alam semesta, dengan pertolongan Tuhan. Mari mulai terus berusaha memperbaiki gaya hidup yang semakin menggambarkan kasih kita kepada alam. Agar semua makhluk terus mempersembahkan puji-pujian kepada Tuhan, sang pencipta dan penguasa alam semesta (Mzm 148:1-14), Cinta yang bertaut. Haleluya.

Temukan tulisan tentang pelajaran hidup lainnya di https://kopicoklat.com/category/life-lessons/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun