Mohon tunggu...
Arif Swa
Arif Swa Mohon Tunggu... Insinyur - Product Management

Product and Innovation Management @ Indonesian Telecom Operator, senang belajar tentang kehidupan, marketing dan inovasi di https://kopicoklat.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tautan Cinta Alam Semesta dan Manusia: Renungan dari Kidung Agung

13 Juni 2023   15:37 Diperbarui: 13 Juni 2023   15:40 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Cinta adalah sesuatu yang suci. Kesucian yang ditunjukkan di dalam taman Eden sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej 2:25), dan digambarkan dalam kitab Kidung Agung. Semestinya tidak salah jika kesucian cinta dalam Kidung Agung direfleksikan juga dalam menyatakan hubungan antara manusia dan lingkungannya, antara manusia dan alam semesta. Ini adalah refleksi pribadi, yang penuh dengan keterbatasan dan kekurangan, dalam proses mempelajari Kidung Agung. Mohon maaf atas keterbatasan dan kekurangan yang ada.

Kisah cinta di dalam Kidung Agung ditafsirkan secara alegoris, menggambarkan kasih Allah kepada umat-Nya. Kasih Allah yang begitu agung telah dinyatakan di dalam diri Yesus Kristus yang mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan manusia. Manusia pun mendapatkan perintah baru untuk saling mengasihi seperti Yesus Kristus telah mengasihi manusia (Yoh 13:34). Kasih kepada sesama manusia, dan semua makhluk (Mrk 16:15).

Ada pelajaran bagus dari kelompok atau gerakan yang membangun kedekatan dengan alam. Mereka sering menamakan dirinya dengan pecinta alam. Istilah tepat untuk menyatakan hubungan seharusnya antara manusia dan alam.

Kekudusan cinta dilukiskan dalam keindahan yang luar biasa pada Kidung Agung. Perasaan cinta diungkapkan dan dirasakan menggunakan semua indera. Beberapa ayat-ayat pembuka Kidung Agung sudah mampu membawa kita pada perasaan tersebut.

Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu, oleh sebab itu gadis-gadis cinta kepadamu!

Memang hitam aku, tetapi cantik, hai puteri-puteri Yerusalem, seperti kemah orang Kedar, seperti tirai-tirai orang Salma (Kid 1:2-3,5).

Semua indera, meliputi peraba, pengecap, pencium, pendengar dan penglihat turut merasakan sukacita. Cinta yang seutuhnya, total. Cinta seutuhnya yang alami dan natural, sehingga Kidung Agung banyak menggunakan elemen-elemen dari alam untuk menyampaikan keindahan cinta, seperti minyak, kayu, buah, anggur, bunga.

Cinta dari alam semesta kepada manusia juga bisa dirasakan oleh semua indera. Kelembutan rumput hijau bisa dirasakan, saat beristirahat di rerumputan dengan udara yang sejuk di bawah bayang-bayang pohon rindang. Pohon yang juga menyerap karbondioksida dari udara untuk menjalankan siklus alam untuk kembali menyediakan udara yang kita hirup untuk kelangsungan hidup. Keindahan pemandangan hijau dari sawah di tengah-tengah lebatnya pepohonan yang melingkupi tepiannya. Sawah yang akan memberikan nutrisi melalui kenikmatan makanan yang dihasilkan. Kicau burung, bisikan angin, irama gemericik aliran air sungai dan pemberitahuan datangnya musim kemarau oleh tonggeret berpadu untuk menyajikan harmoni yang indah. Cinta yang berasal dari providensi Ilahi kepada manusia dalam suatu kesisteman atau keteraturan.

Cinta yang seutuhnya dari alam semesta tidak bisa bertepuk sebelah tangan. Alam semesta memerlukan respon cinta yang sama dari manusia agar siklus penyediaan kebutuhan manusia juga mampu berjalan secara seimbang dan berkelanjutan. Udara yang sehat, air bersih, ketahanan pangan hanya mampu terjadi dalam siklus alam yang harus dilestarikan secara seimbang di tengah semua aktivitas manusia di bumi.

Cinta memang harus bersifat mutual, saling mengasihi (Kid 2:16). Seperti teladan Tuhan Yesus mengasihi manusia, maka demikian juga manusia harus saling mengasihi. Cinta yang berani berkorban seperti Yesus dan mampu menguasai diri (Kid 2:7).

Tanpa penguasaan diri, maka manusia akan terus menuntut cinta dari alam untuk memenuhi kebutuhannya. Terus melakukan eksploitasi alam untuk melayani keinginan yang sebesar-besarnya. Penambangan dilakukan secara maksimal tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Limbah industri dibuang tanpa pengolahan semestinya ke sungai, melebihi kemampuan sungai dan alam untuk menampung dan mengurai limbah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun