Mohon tunggu...
Arif Swa
Arif Swa Mohon Tunggu... Insinyur - Product Management

Product and Innovation Management @ Indonesian Telecom Operator, senang belajar tentang kehidupan, marketing dan inovasi di https://kopicoklat.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Jembatan Selat Sunda Selesai Dibangun

10 Maret 2011   07:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:54 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Headline pada berbagai media massa nasional dan topik pembicaraan yang banyak beredar di social media hari ini antara lain: Jembatan Selat Sunda selesai dibangun, Timnas U-23 Indonesia akhirnya lolos ke Olimpiade, UI, UGM dan ITB berhasil masuk ke jajaran Top 25 Perguruan Terbaik tingkat dunia, Uji Coba MRT di Jakarta dan yang tidak kalah menarik, Global Competitiveness Index Indonesia menurut World Economic Forum melesat naik ke peringkat 15.

Ah, sayangnya headline seperti itu baru tampil dalam mimpi saya. Faktanya, hari ini saya membaca beberapa media portal berita online di Indonesia, ternyata masih seperti kemarin-kemarin. Masih dihiasi dengan berita tentang Presiden dan para elit politik negeri ini yang sibuk seperti setrikaan atau kata Bu Mega, seperti menari poco-poco. Mereka sibuk mengurus koalisi. Siapa yang harus dirangkul, siapa yang harus ditendang, siapa yang harus dijewer. Berita yang juga belum kapok-kapok tampil di halaman depan berbagai media adalah pengurus PSSI yang masih terus berjuang dengan determinasi tinggi mempertahankan tampuk kekuasaannya. Mereka menyangsikan informasi dari Duta Besar Indonesia untuk Swiss yang telah bertemu dengan Presiden FIFA beberapa hari yang lalu. Menurut mereka, Presiden FIFA belum tentu melarang Nurdin Halid untuk kembali mencalonkan diri menjadi Ketua Umum PSSI periode berikutnya.

Pada bagian lain, kita disajikan dengan masalah-masalah global, baik politik, ekonomi maupun lingkungan hidup. Krisis politik Timur Tengah terus berlanjut, di Libya, Bahrain, Yaman, Arab Saudi, Iran dan beberapa negara lain. Sebagai dampaknya, harga minyak dunia terus meroket membuat rekor-rekor baru. Harga emas dan Index Harga Saham di berbagai belahan dunia fluktuatif. Harga pangan juga tidak ketinggalan mencetak rekor tertinggi.

Dengan tantangan global yang semakin keras tersebut, masalah ambisi kekuasaan malah terus menghiasi cerita di Indonesia. Masalah pendidikan, infrastruktur, budaya dan bahkan ekonomi seakan absen dari fokus. Padahal tahun ini diperkirakan PDB (Produk Domestik Bruto) per kapita Indonesia bisa mencapai USD 3000. Angka ini adalah angka keramat, mengingat dari sejarah, negara-negara yang mampu mencapai angka ini, akan mampu tinggal landas, pertumbuhan ekonomi akan semakin meroket menuju ke jajaran negara-negara maju. Negara seperti Cina dan Korea Selatan mengalami hal tersebut. Karena pentingnya angka 3000 tersebut, seperti pernah diulas dalam The Jakarta Post November 2010, pada tahun 2002 Cina pernah menargetkan untuk mencapai PDB USD 3000 pada tahun 2020. Untuk memenuhi ambisi tersebut, Cina fokus membangun infrastrukturnya. Ribuan kilometer jalan dibangun, lengkap dengan sistem transportasi massal-nya. Apa hasilnya? Ternyata Cina mampu mencapai level tersebut 11 tahun lebih cepat, pada tahun 2008-2009.

Menurut Business Insider, Indonesia bisa mencapai pertumbuhan seperti China. Tetapi jika capital formation dan pembangunan infrastruktur mampu mengejar kebutuhan pertumbuhan tersebut. Dengan kondisi tersebut, pada tahun 2050 diperkirakan PDB Indonesia bisa mencapai USD 14 triliun atau ranking keempat dunia. Pertumbuhan ekonomi tahunan mencapai 6,8%. Jadi bagaimana Indonesia akan menyikapi dan melalui momentum peluang lepas landas pada tahun 2011 ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun