Langit yang kemarin sudah tergulung
Masa lalu mulai terkulai
Daun menguning jatuh bersama gravitasi
Aku kian bisa menelan mimpi dan menantang hari
Ibu, engkau adalah hari-hari yang tak pernah mati
Tunggu aku pulang dipangkuanmu, Bu
Rindu-rindu yang terucap di nuranimu....
Ialah kayu bakar pengobar hatiku melaju
Doa-doamu sebelum kupergi
Adalah arti bekal terbaik yang pernah dimiliki sang pengembara
Aku, merindukanmu layakku merindukan firdaus
Sampai nanti, sampaiku mati
Tunggu aku kembali di pekarangan rumahmu, Bu
Berbuah tangan rindu dan berjuta-juta luapan kangen
Mencium tanganmu yang rapuh tergerus umur
Namun, adalah tangan terindah yang pernah Tuhan cipta
Tunggu aku di lautan kasihmu, bu
Menghapus tangismu selama kupergi
Biarkan usiaku bergulir habis
Izinkah aku mencintai semburat petangmu
seperti hangatnya pangkuanmu di pagiku
kini aku berdiri, untuk membawa janji
Di Bekasi
Aku mengerti, aku kembali
Pasti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H