Mohon tunggu...
Arif Setiyanto
Arif Setiyanto Mohon Tunggu... -

State University of Jakarta 2009 | writer| mimpi tinggi, cerita panjang, khayalan luas, harapan terbentang | kamu adalah apa yang kamu keluarkan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Ibu, Aku (Masih) Rindu

9 April 2015   08:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:21 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit yang kemarin sudah tergulung

Masa lalu mulai terkulai

Daun menguning jatuh bersama gravitasi

Aku kian bisa menelan mimpi dan menantang hari

Ibu, engkau adalah hari-hari yang tak pernah mati

Tunggu aku pulang dipangkuanmu, Bu

Rindu-rindu yang terucap di nuranimu....

Ialah kayu bakar pengobar hatiku melaju

Doa-doamu sebelum kupergi

Adalah arti bekal terbaik yang pernah dimiliki sang pengembara

Aku, merindukanmu layakku merindukan firdaus

Sampai nanti, sampaiku mati

Tunggu aku kembali di pekarangan rumahmu, Bu

Berbuah tangan rindu dan berjuta-juta luapan kangen

Mencium tanganmu yang rapuh tergerus umur

Namun, adalah tangan terindah yang pernah Tuhan cipta

Tunggu aku di lautan kasihmu, bu

Menghapus tangismu selama kupergi

Biarkan usiaku bergulir habis

Izinkah aku mencintai semburat petangmu

seperti hangatnya pangkuanmu di pagiku

kini aku berdiri, untuk membawa janji

Di Bekasi

Aku mengerti, aku kembali

Pasti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun