Mohon tunggu...
Arif Setiyanto
Arif Setiyanto Mohon Tunggu... -

State University of Jakarta 2009 | writer| mimpi tinggi, cerita panjang, khayalan luas, harapan terbentang | kamu adalah apa yang kamu keluarkan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kekompakan Suami-Istri, Rahasia Sukses Sang Imam Bukhari (Sebuah Kisah Ringan Sarat Gizi)

10 Juni 2014   21:39 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:22 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melanjutkan materi pengajian, Sang ustad berceritera singkat mengenai kekompakan suami-istri dalam mendidik anak. Imam Bukhari memang lahir secara normal, tetapi saat beranjak kecil beliau kehilangan penglihatannya, buta. Namun, sang ayah dan ibu selalu berkolaborasi untuk tetap mendidik sang anak. Sejak kecil, Imam Bukhari selalu diajak sang ayah ke majelis-majelis taklim. Pelajaran nomor satu, ajaklah putra-putri kita ke tempat-tempat ilmu, entah majelis taklim, entah ilmu pengetahuan umum dan sebagainya.

Hingga suatu saat sang ayah meninggal. Namun, Imam Bukhari tetap ke majelis taklim diantar oleh saudaranya. Suatu hari Seorang Ulama mengajarkan kepada hadirin tentang menghafal suatu surat Quran. Sang Ulama membacakan surat itu, dan hadirin dipersilakan untuk menghafal. Dan tak disangka, Sang Imam pun dengan segera menghafal dan langsung melafalkan ayat demi ayat surat itu dengan bagusnya. Tartilnya dan makrajnya persis sama seperti yang dilafalkan Ulama. Subhanallah. Sang Ulama terkagum-kagum. “Wahai, anakku. Kau telah mempelajari Quran dengan sempurna, sebaiknya engkau mempelajari tentang hadist”, Nasihat Ulama kepada Imam Bukhari.

Sesampai di rumah Imam Bukhari berkata kepada Ibu, “Ibu, ajarkan aku tentang Ilmu Hadist”

“Wahai Anakku, sebaiknya engkau pelajari dulu tentang Quran”, balas Ibunya. Sang Ibu mengetahui keterbatasan anaknya.

“Tidak Ibu, saya ingin belajar Hadist”, rengek Bukhari kecil.

Sang ibu pun tak bisa membendung tangisannya. Beliau menangis sejadi-jadinya. Lalu menggelar sajadah untuk shalat.

Selepas sholat beliau berdoa seperti yang beliau lafalkan sepanjang malamnya, dan dengan terisak-isak, “YAA BASHIR… YAA BASHIR… YAA ALLAH YANG MAHA MELIHAT.. MAHA MENGUASAI… MAHA MENGETAHUI… YAA BASHIR….”

Selepas berdoa sang Ibu tertidur. Dalam mimpinya, sang ibu bertemu kakek Imam Bukhari, Nabi Ibrahim. “Hai Fulanah, sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”.

Saat itu sang Imam sedang meng-review hafalan qurannya. Subhanallah. Seketika penglihatan beliau menjadi terang. Dengan berlari Imam Bukhari membangunkan Ibunya, “Ummi… Ummi… saya bisa melihat Ummi”.

Sang Ibu bangun, “Anakku, mungkin kamu bisa melihat karena dengan hatimu, dengan perasaanmu.” Ibunya menangis.

“Tidak Ummi, ini gelas, itu benda A itu benda B”, sang Imam dengan riang menyebutkan benda-benda disekitar. Dengan haru sang Ibu memeluk Imam Bukhari kecil dengan erat, erat sekali. Pelajaran nomor dua, doakan selalu anak kita dalam menempuh ilmu, supaya ilmu yang didapat selalu bermanfaat.

Dan sekarang, siapa yang tidak mengenal sang imam. Hadist riwayatnya dijadikan rujukan terpercaya tanpa ragu umat islam seluruh dunia. Bahkan, menurut ceritera sang imam selalu sholat dua rakaat saat ingin menulis satu hadist di bukunya. Subhanallah. Kekompakan suami-istri dalam mendidik anak telah dibuktikan secara sah oleh bapak-ibu Sang Imam Bukhari. Dan perjuangan beliau beruda telah terbayar lunas oleh Allah.

Sang ustad pun menekankan, ajaklah anak-anak kita untuk ke majelis ilmu. Boleh jadi, orang tuanya tak hafal quran, tapi anak kita yang akan hafiz. Boleh jadi kita yang tak mengerti agama, namun anak-anak kita yang akan mengamalkan ilmu kepada masyarakat banyak, dan berguna bagi seluruh manusia. Bukankah disitulah makna pahala yang akan terus mengalir saat kita meninggal nantinya?

(diambil dari pengajian Ust. Adi Hidayat Senin, 9 Juni 2014.)

Profil beliau: http://www.quantumakhyarinstitut.com/p/blog-page_29.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun