Sayangnya kembali, sejarah yang jamak dipahami sekarang memang bermasalah. Hal ini tentu tidak terlepas dari pendidikan yang ada pada negeri ini. Yudi Latif dalam Inteligensia Muslim dan Kuasa melacak benih pertama pendidikan sudah dipengaruhi oleh kolonial sejak masa politik etis, dan berkembang hingga sekarang.
Generasi muda muslim Indonesia ternyata masih diajarkan kisah-kisah mereka sendiri oleh pemikiran bangsa lain. Sekarang kepada diri sendiri kita bisa bertanya, apakah sejarah yang telah kita ketahui sudah sedemikian benarnya. Apakah kita sebagai seorang muslim sudah bisa mendefinisikan diri kita sendiri, bukan sebagaimana keinginan kolonial barat dulu mendefinisikan kita.
Islam seharusnya yang menjadi solusi. Rasulullah SAW sendiri menyatakan bahwa Allah itu Esa, dan semua umat manusia setara dibawah-Nya. Tidak manusia yang lebih rendah dari yang lain, kecuali dari ketaqwaannya.
Disinilah tugas kita untuk mempelajari sejarah kembali, menyesuaikan perjuangan yang ada agar sesuai dengan tantangan yang ada sekarang. Tak cukup belajar dan refleksi, adalah tugas kita membangunkan umat yang sedang tertidur. Tertidur ditengah imperialisme baru yang belum mereka (dan bahkan kita) sepenuhnya sadari. Untuk kembali berjuang, dan meneruskan mata rantai perjuangan yang telah dirintis Ulama kita terdahulu, untuk menegakkan keadilan Islam di Bumi Nusantara ini.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan…”
- QS 57 : 25
Referensi :
Al Qaththan, Syaikh Manna. 2015. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an.Pustaka Al Kautsar.
Bukhari, Asghar.The Creation of Colonized Muslim Slave.
Hidayat, Nuim. 2009. Imperialisme Baru. Gema Insani Press.