Saat mendengar itu, sontak Pak Muhajir kaget dan langsung menjawab, "saya sudah gak jadi Menteri, Mas".
Peristiwa kecil ini adalah peristiwa sederhana tentang bagaimana jadinya kalau kita tidak mau dan berhenti membaca, menulis.
Lebih Pintar dari Nabi
Kita, manusia sejatinya telah diberi yang tidak diberikan kepada Nabi. Kemampuan baca tulis, adalah kemampuan istimewa. Tetapi dengan kemampuan itu pula, banyak manusia jadi tolol, bodoh dan dungu kalau kata bung Rocky. Â
Kemampuan baca tulis, ilmu pengetahuan manusia tidak menambah apalagi membuat mereka jadi bijak, tetapi justru membutakan dan menyesatkannya.
Saya jadi ingat ada satu kelas yang semua mahasiswa bebas mengikutinya. Mereka tidak dilarang satu sama lain masuk ke kelas itu. Kelas itu ada di universitas terbaik dunia macam Harvard. Kelas itu adalah kelas menulis. Inilah saya rasa bagian dari keistimewaaan menulis.
Manusia beruntung, ia tidak buta baca tulis atau Ummi seperti Nabi. Andai saja kita ini, Ummi, maka apes bener kita ini. Tidak bisa baca, tidak bisa menulis.Bagaimana kita akan tahu dan mengetahui kehidupan kita dengan lebih baik?Beruntung, Tuhan mengutuk kita agar tidak menjadi bodoh. Andai saja bodoh itu tidak haram, halal. Akan menyedihkan sekali keadaan manusia ini. Mengemis terus menerus, mendoa terus menerus kepada Tuhan tentang betapa berharganya ilmu. Betapa istimewanya karunia membaca dan menulis.
Betapa beruntungnya saya, anda semua dikutuk Tuhan haram menjadi bodoh. Andai saja Tuhan tidak menyuruh dan mewajibkan kita menjadi manusia pintar, banyak orang menjadi tidak sadar kalau ia sebenarnya tidak tahu segalanya, tidak mau tahu juga kalau literasi penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H