Dunia kerja saat ini memiliki banyak perubahan. Teknologi telah merubah dan mengurangi tenaga manusia secara drastis. Banyak sektor-sektor industry dan pekerjaan pelan-pelan digantikan oleh teknologi digital. Perubahan itu nyata, dan menuntut manusia berlatih lebih keras lagi untuk menghadapi dunia yang terus dan cepat berubah.
Di negeri gemah ripah loh jinawi seperti Indonesia, ada banyak sektor yang mestinya kita garap. Kita sering luput, surga kita ada di Indonesia tetapi kita melongok ke Barat. Bayangkan, tanah pertanian yang jumlahnya ribuan hektar itu pada akhirnya harus mangkrak karena tidak ada yang mau jadi petani atau anak muda yang menggarapnya. Ada aroma dan pergerakan untuk memunggungi  rumah kita, memunggungi kebudayaan kita sendiri. Kita punya wayang, gamelan dan aneka tari tradisional, tetapi kita belajar music barat, jazz dan sebagainya.
Cerita singkat di atas adalah gambaran riil kita seolah melatih keterampilan, melakukan pendidikan untuk dunia industrial, sementara lupa menggarap sisi-sisi potensial yang berlimpah di lingkungan rumah kita.
Martabat Kerja
Masyarakat kita terlanjur menganggap bahwa definisi kerja itu adalah kerja kerah putih [kantoran]. Kerja di sektor pertanian, Perkebunan, dan juga wiraswasta justru masih dianggap pekerjaan kelas dua. Hampir sebagian masyarakat yang bekerja di kantoran dianggap spesial di kampung halaman. Sementara pekerja swasta, pengusaha dianggap sebagai pengangguran. Mereka akan dinilai hebat, wah ketika sudah menghasilkan atau membuktikan karyanya.
Martabat kerja sejatinya tidak tergantung berapa penghasilan, besar kecilnya gaji dan lain sebagainya. Kerja mengolah tanah sendiri, berdikari dengan kemandirian serta memproduksi dengan mengangkat potensi lokal belum dianggap sebagai kerja yang bermartabat. Padahal dengan mengangkat potensi lokal, keunggulan daerah, dan industry rumah tangga kita telah mengangkat ekonomi bawah.
Skill dan Kompetensi
Dunia pendidikan tinggi sering dikritik karena memproduksi tenaga kerja yang kurang cakap dan kurang skill. Perguruan tinggi memang tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan industry. Tetapi mahasiswa tidak dilarang untuk melatih dan memperkuat kompetensi masing-masing.
Ruang untuk melatih kecakapan, skill dan kreativitas itu sebenarnya ada di ruang organisasi mahasiswa. Melalui organisasi mahasiswa, mahasiswa bisa melatih aneka kemampuan atau skill pribadinya. Skill komunikasi, interaksi sosial, kemampuan lobbying, dan lain sebagainya.
Melalui organisasi mahasiswa itulah kita bisa memperkuat skill dan kompetensi kita. Bagi yang senang jurnalistik bisa gabung dengan LPM, bagi yang senang usaha bisa gabung dengan koperasi, dan lain sebagainya.