Mohon tunggu...
Arif Yudistira
Arif Yudistira Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka Ngopi, dan jalan-jalan heppy.

Selanjutnya

Tutup

Book

Muhammadiyah: Pelopor Gerakan Filantropi Indonesia

25 Februari 2024   14:03 Diperbarui: 25 Februari 2024   14:07 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul buku : Filantropi Masyarakat Perkotaan, Transformasi Kedermawanan Muhammadiyah di Yogyakarta 1912-1931

Penulis      : Ghifari Yuristiadhi

Penerbit     : Suara Muhammadiyah

Tahun       : 2020

Halaman   : 222 Halaman

ISBN        : 978-623-92592-2-8

Pada hari itoelah hati kaoem miskin terasa betoel atas nasibnja. Sebab meliat beberapa manoesia jang sepadan djoega dengan dirinja sama klihatan makan enak, dengan berpakaian serba bagoes, dan meliat djoega beberapa manoesia bersalaman dengan temannja, tapi si miskin pada hari itoe kebetulan minta bekal hidoepnja kepada PKO, dengan berpakaian serba sobek, dan klihatan sama koeroes-koeroes jang menambah kejakinan kita, kalau di dalam kesehari-harinja merika koerang tentang makannja (Soera Mohammadijah, Oktober 1923, 233).

Muhammadiyah memang dikenal sebagai organisasi yang giat dengan praktek filantropinya. Kiai Dahlan sendiri amat getol menanamkan doktrin kedermawanan melalui pengajaran dalam Surah al-Ma'un. Hal ini dilakukan oleh Kiai Dahlan agar islam dapat menjadi gerakan sosial. Apa yang ditanamkan oleh Kiai Dahlan pada tahun-tahun berikutnya menguat dalam dada para murid-muridnya. Ada peristiwa menarik saat Kiai Dahlan dan Kiai Sudja' muridnya sedang berdialog dalam rapat Anggota Istimewa pada Juni 1920. Sudja' waktu itu ditunjuk oleh Kiai Dahlan menjadi Ketua Bagian PKO. Ia ditanya Kiai Dahlan mengenai apa yang akan dilakukannya ketika mempimpin bagian ini. Sudja' menjawab, "Hendak membangun hospital untuk menolong kepada umum yang menderita sakit." Kiai bertanya lagi "Selain daripada itu hendak membangun apa lagi?". Sudja' menjawab, "Hendak membangun Armhuis (rumah miskin). Kemudian diajukan pertanyaan yang sama, Sudja' menjawab "Hendak mendirikan weeshuis (rumah yatim). Jawaban Sudja' justru disambut gelak tawa meremehkan dari para peserta rapat. Sudja' merasa tersinggung dan meminta izin kepada Kiai Dahlan berbicara. Sudja' pun melontarkan ulang gagasan dan ajaran Kiai Dahlan mengenai Surah al-Ma'un yang diiringi dengan optimisme terhadap gerakan Muhammadiyah.

        Matahari yang dibawa Muhammadiyah bersama Kiai Dahlan pun mulai terbit dari Yogyakarta. Semula masyarakat yang terbalut oleh budaya feodalisme Keraton Yogyakarta, berubah saat melihat gerakan kedermawanan yang diusung Muhammadiyah. Pergeseran dan juga transformasi gerakan filantropi masyarakat Yogya (1912-1931) disorot dalam buku Filantropi Masyarakat Kota (2020) karya Ghifari Yuristhiadi.

         Adanya bagian PKO yang mendirikan rumah sakit, rumah yatim, dan rumah miskin dirasakan betul oleh masyarakat miskin Yogya kala itu.  Berdirinya PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat) disambut dengan  gerakan lain seperti mengoptimalkan zakat, infaq dan sodaqoh melalui kotak amal, sampai dengan mendirikan restauran untuk amal usaha Muhammadiyah. Donasi yang terkumpul itulah yang kemudian dikelola untuk mendirikan rumah yatim dan rumah miskin, hingga sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun