Mohon tunggu...
Arif Yudistira
Arif Yudistira Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka Ngopi, dan jalan-jalan heppy.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pola Pikir Orangtua Penyebab Stunting, Kok Bisa?

8 Oktober 2023   23:19 Diperbarui: 8 Oktober 2023   23:23 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Unicef Indonesia

Stunting sampai saat ini menjadi masalah krusial anak di Indonesia. Anak-anak mengalami pertumbuhan yang lambat baik fisik maupun otaknya. Stunting tidak hanya dipengaruhi soal makanan. Tetapi juga soal kebersihan rumah, sampai dengan cara orangtua menjaga kebersihan anaknya. Siapa sangka stunting juga disebabkan oleh kegagalan orangtua menganggap remeh soal anak.

Persoalan stunting justru bisa timbul karena pikiran orangtua anak.
Angka stunting kita berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) masih mencapai 21.6 persen. Sementara itu saran dari organisasi kesehatan dunia, angka stunting mestinya di bawah 20%.


Pendidikan ternyata tidak menjamin pada pemahaman yang baik tentang perkara stunting. Masih ada pasangan meski pendidikannya S-2, ia tidak mengatur ritme atau jarak kelahiran anak. "Sekalian repotnya." Komentar ini menunjukkan bahwa orangtua masih belum sepenuhnya memahami akibat dari kehamilan yang tidak diatur dan direncanakan.

Menjaga dan mengatur ritme kehamilan anak adalah bagian dari pola pikir orangtua yang sadar akan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Ritme kehamilan yang terlalu dekat akan mempengaruhi emosi, mempengaruhi faktor pemenuhan kebutuhan anak serta pertumbuhan anak. Jarak kehamilan yang terlampau dekat akan membuat anak lebih rentan terhadap kebutuhan gizi anak.

Banyak orangtua tidak sadar "meremehkan" pertumbuhan anak atau masalah pada fisik anak sekalipun adalah sesuatu yang fatal. Ada satu pengalaman menarik yang sempat saya abadikan di buku saya.  Pengalaman ini saya temui di depan mata. Seorang petugas posyandu marah-marah kepada seorang ibu muda. Ia mencecar ibu itu dengan pertanyaan tak henti. Mengapa anaknya bisa pucat kulitnya dan gembur. 

Ibu ini pun menjawab bahwa anaknya diberi minum tajin atau sari beras. Ia tidak memberinya asi. Saya tidak menahu alasan Sang Ibu melakukan seperti itu. Saya sedih sebab pola pikir orangtua yang kaku, kolot dan tidak mau berubah dalam pengasuhan anaknya menjadi penyebab fatal gejala stunting.

Anak-anak memang membutuhkan perhatian, kasih sayang dan gizi yang cukup. Tetapi tanpa pola pikir orangtua yang mendorong dan memfasilitasi serta memastikan tumbuh kembang anaknya dengan baik rasanya susah untuk memberantas stunting.

Selain faktor sarana prasarana penunjang, kebutuhan makanan dan gizi yang cukup, ternyata pola pikir orangtua menjadi penentu pencegahan dan keberhasilan stunting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun