Anak di usia dasar harus diajak belajar dengan tetap melibatkan motorik mereka dan juga tubuh mereka untuk bergerak. Anak-anak perlu diajak menari, menyanyi, menyimak dongeng dan cerita yang merangsang pikiran mereka terus hidup dan kritis.
Pelajaran calistung yang dikemas menyenangkan akan berkesan akan membekas di hati anak. Sebaliknya pembelajaran calistung yang monoton dan membosankan akan selalu membekas dalam memori buruk mereka.
Ki Hajar sebenarnya sudah memiliki metode sariswara yang memadukan musik, nyanyian atau lagu dan cerita. Dengan lagu dan dongeng anak-anak bisa diajak untuk aktif, baik fisik maupun pikiran mereka sehingga pelajaran yang diberikan kepada mereka pun berkesan dan membekas di hati.
Kebijakan Kemenristekdikbud menghapus tes calistung di usia dasar harus dikawal. Jangan sampai sekolah memupus harapan dan pintu masuk anak-anak untuk belajar melalui tes calistung.
Sekolah yang masih menerapkan tes calistung harus segera berbenah dan merevitalisasi diri agar pendidikan yang ramah anak, menyenangkan dan melapangkan hati anak bisa terwujud dengan membebaskan anak dari tes calistung yang memupus kepercayaan diri mereka.
Pendidikan, pengajaran dan literasi anak di usia dasar harus menjadi ruang bermain dan ruang ekspresi yang positif di sekolah. Sekolah harus menjadi rumah yang menyenangkan bagi anak tanpa beban kognitif yang berat. Metode didaktik yang salah pada pola pembelajaran calistung pada anak usia dasar hanya akan menghambat perkembangan belajar anak serta mengecilkan mentalitasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H