Mohon tunggu...
Arif Riduan
Arif Riduan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekolah Ngaji (Sebuah Cerpen)

21 Oktober 2016   15:30 Diperbarui: 21 Oktober 2016   15:36 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            “ Maa, hari ini terakhir ma ai bayaran gasan isuk ziarah “. Pintaku kepada ibu dengan agak sedikit kesal dan melas. “ Maa ! Maa !, kasi ma, minta duit 10.000, kena ulun kada kawa umpat ziarah isuk “. Mataku mulai memerah dan berkaca-kaca karena masih belum diberi uang oleh ibu. Ibu pun menyahut “ Dir, mama kadada bisi duit nak ai, tadi dijulung abah 10.000 mama tukarakan gasan baras wan iwak, habis duitnya, hadangi ai kalo pina abah kena datang membawa duit”. 

Aku pun terdiam, bibir terpaku dan mata yang masih berkaca-kaca menahan tangis. Tak menunggu lama, aku yang masih kecil yang tak mengerti apa-apa ini berdiri mengambil peci ditempat biasa aku menaruhnya, setelah itu aku duduk di teras rumah kecilku sambil menunggu ayahku pulang dari menarik becak dan membayangkan ketika ayah pulang memberikan uang untuk aku ikut ziarah besok pagi.

            “ Maaaaaa .. abah lawasnya bulik “. Keluhku yang sudah hampir satu jam menunggu kedatangan ayahku yang tak kunjung datang kepada ibu yang berada di dalam rumah. “ hadangi Dir, abah bulik ai setumat lagi .. “ . ibu mencoba menenangkanku dari dalam rumah. Tidak lama kemudian ayah pun datang dengan becak tuanya. Ayah yang kelihatan lelah, keringat membasahi bajunya sangat terlihat di mataku menghampiri aku, seakan-akan ayah sudah tahu bahwa kau sudah menunggunya dan menunggu uangnya. “ Dir.. nah, hari ini lo hari terakhir bayar gasan ziarah esok tu .. “ .Tanya ayah sembari mengambil uang dari saku kanannya. Ayah pun memberikan uang Rp. 11.200 kepadaku. Rp. 10.000 untuk bayar ikut ziarah, Rp. 1000 untuk aku jajan dan Rp.200 untuk bayar iuran sekolah ngaji per-sekali ngaji.

            Aku yang sejak tadi sudah siap berangkat ke sekolah ngaji langsung mengambil uang yang diberikan oleh ayah, dan menaruh ke dalam tas. Aku pun bersalaman kepada ayah, dan langsung berlari menuju sekolah ngaji karena aku tahu hari ini aku terlambat, karena menunggu ayah datang. Aku berlari sambil membayangkan bahwa aku bisa ikut pergi ziarah bersama teman-teman yang lain besok hari. Setibanya aku di sekolah ngaji aku pun melaksanakan aktivitas seperti biasanya, mengaji, menulis dan membayar iuran harian sekolah ngaji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun