Malam mulai larut, beliau mengajakku serta kawan-kawannya keluar rumah. Medengar jerit dan tawa serta gelagat keramaian kota Jakarta. Beliau bercerita lagi kepadaku di luar rumahnya yang kupandang sangat berbeda dari barisan-barisan lain. Indah sejuk walau panas terus menyelimuti Ibukota.
Sejenak kutermenung setelah melihat seorang ibu agak tua mendorong gerobak jualannya menyusuri jalanan dan melewatiku meski sahabatku terus bercerita tanpa kudengar sedikitpun. Terpikir kemudian, begitu keras hidup ini hingga kaum wanita berjualan hingga larut malam demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Hingga teringatku kepada ibuku di kampung halaman. Senyum dan matanya yang kerap berinang air mata ketika aku pergi meninggalkan tempat lahirku untuk meraih sebuah cita-cita keberhasilan di kemudian hari.
Berlanjut kemudian sebelum beliau mengajakku kembali ke Bogor, terinsipirasilah sejumlah motivasi dalam diriku atas petualangan semalam di Jakarta. 'Hidup bukan hanya sekedar hidup', beliau mengartikannya jelas kepadaku. Tentang sebuah perjalanan yang tidak pernah diketahui ke depannya. Kita hanya bisa terus berjuang dan berdoa atas apa yang telah kita perbuat. Aku tidak bisa berucap apa-apa selain kata terima kasih yang mendalam kepada beliau. Orang yang begitu kuat dan tabah dalam menghadapi kerasnya hidup. "Terima kasih atas semuanya bang, semoga Allah selalu memberimu keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat. Aamiin" :)
19 Desember 2011
(Arif R. Hakim)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H