Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Agar Menjadi Profesi, Menulis Harus Dikonversi jadi Business Skills

29 Desember 2020   14:58 Diperbarui: 29 Desember 2020   15:24 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu komik yang saya buat di masa sekolah

Apakah menulis bisa jadi tumpuan hidup?

Ini klise, dipertanyakan sejak zaman Siti Nurbaya diracun Datuk Maringgih. Pun dalam platform ini, dikonfrontasikan secara empiris antar sesama penulis.

Izinkan saya turut bersaga dalam laga. Berdasar apa yang saya yakini benar atas pertanyaan awal, bahwa dengan menulis, selama 20 tahun terakhir adalah berkah berbagai aset yang saya miliki saat ini. Rumah tinggal, lembaga pendidikan dengan sejumlah program beasiswa-nya, sampai bumbu dapur yang mengebulkan priuk nasi dan lauk, semua bermodal dari menulis.

Begini alibinya.

Mungkin.., karena saya telat bisa baca, yang membuat hasrat pada literasi justru membuncah. Baru kelas 3 SD saya lancar merapalkan aksara, malu sebetulnya ketika itu. Namun laiknya dahaga panjang di padang sabana, begitu bisa membaca, saya melalap begitu banyak bacaan. Dari komik sampai novel, tandas tak berbekas. Syukurnya, rumah saya hanya berjarak sekelebat dengan Perpustakaan Daerah, ketika dahaga memuncak, saya tinggal mengayuh sejenak untuk memancing kudapan buku yang berjejal itu.

Satu kali, angan terbang melebihi imajinasi, tak puas dengan alur cerita yang saya konsumsi, muncullah niat untuk menulis cerita sendiri. Mulailah saya membuat sejumlah komik dari buku gambar yang dilipat. Pembacanya, tak banyak, orang tua dan tetangga. Tapi sebetulnya, tanpa sadar, saya sudah mendirikan publishing company sejak masa SD lalu.

Salah satu komik yang saya buat di masa sekolah
Salah satu komik yang saya buat di masa sekolah

Ketika kuliah, saya bergabung dengan Unit Kegiatan Pers Mahasiswa, belajar menulis dengan benar, feature, artikel, hard news, depth news dan seterusnya. Ketika lulus kuliah tahun 2002, zaman reformasi menyudahi perlawanan 32 tahun orde baru, masa yang mengekang media agar tak leluasa. Reformasi mencabut semua aturan penerbitan sampai ke akar-akarnya. Pada masa-masa itu, berbagi media cetak baru bermunculan bak jamur di musim penghujan. Dilalah, saya kepikiran punya media sendiri, laiknya Gunawan Mohammad yang merintis Tempo, mendiang Jakob Oetama perintis Kompas atau Dahlan Iskan dengan Jawa Pos-nya.

Majalah Kampus, di mana saya menjadi Pemimpin Redaksinya (1999-2000)
Majalah Kampus, di mana saya menjadi Pemimpin Redaksinya (1999-2000)

Saya sudah punya keterampilan menulis, yang saya kira sudah lebih dari cukup. Tinggal cari modal uang untuk mencetak yang belum ada. Saya pun kerja jadi orang kantoran, yang saban bulan, gaji saya tanamkan ke perusahaan. 

Kebetulan masih turut orang tua, makan dan tinggal gratis. Namun di sinilah saya belajar satu hal penting, bahwa keterampilan teknis saya dalam menulis, tidak jaminan untuk membuat perusahaan media yang sukses. Belakangan saya tahu konsep keterampilan bisnis, berbeda rupa dengan keterampilan teknis. 

Seperti seorang koki yang jago memasak, belum tentu bisa membuka restoran yang sukses, sementara di lain sisi, banyak pebisnis restoran sukses, yang justru tak tahu cara menanak.

Ini yang membuat usaha saya kemudian hanya bertahan beberapa bulan. Setelah merubah banyak format, tak cukup untuk menyelamatkan usaha dalam jurang pailit. Petualangan saya sebagai bos media, berakhir jauh lebih cepat bahkan sebelum mimpi itu di mulai.

Majalah yang saya terbitkan secara independen (2004)
Majalah yang saya terbitkan secara independen (2004)

Namun begitulah balada kegagalan, ia meninggalkan banyak pembelajaran. Dari pengalaman ini saya kemudian sadar, bahwa menulis itu adalah keterampilan teknis, yang ketika hendak dikonversi menjadi karir, maka harus ada keterampilan bisnisnya didalamnya.

Untuk menjadikannya karir, maka menulis harus punya model bisnisnya. Yang umum dan kebanyakan, adalah menulis sebagai wartawan atau penulis buku / artikel. 

Sebagai wartawan, kita bekerja pada perusahaan media dan dibayar, sementara menulis artikel atau cerpen ke media massa, kita bisa berperan sebagai penulis lepas yang mendapatkan honor. 

Atau menulis buku, yang dibayar ide kekayaan intelektual kita dalam bentuk royalti. Ini adalah model bisnis yang sederhana, bagaimana menulis bisa menjadi bisnis.

Namun semakin ke belakang, ketika era konten digital kian meraja, peran tulisan kemudian bergeser kian radikal, bukan hanya sebagai keterampilan teknis, namun juga sebagai basic skills. 

Dari 4 format konten digital saat ini seperti Foto, Video dan ilustrasi, maka satu lainnya adalah Menulis. Dan menariknya, dari semua format konten, menulis bisa disisipkan di semua format. Caption atau deskripsi konten foto, video ataupun ilustrasi, membutuhkan tulisan di dalamnya. 

Ini alasan kenapa Bill Gates dan Warren Buffett serentak menjawab dalam sebuah seminar, bahwa 3 keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk sukses adalah Membaca, Public Speaking dan Menulis. 

Konteknya pun berkembang, selain sebagai komunikasi untuk berbagi cerita diri, bisa pula untuk berjualan atau yang kerap dikenal dengan nama copywriting. Sebenarnya, peran ini juga sudah ada sejak lampau, tapi baru populer kembali hari ini, ketika industri masuk ke angka 4.0.

Bagi saya pribadi, memahami ini kemudian perlahan membuat saya mulai menekuni karir dengan keterampilan menulis lebih tertata. Awalnya saya mulai menulis artikel untuk koran harian lokal, kalau berhasil dimuat, saya dapat honor Rp. 125 ribu ketika itu. Tentu yang termahal kalau menulis cerpen, sayang saya tak bakat di bidang fiksi.

Kemudian, saya mulai menulis buku-buku keuangan dan investasi, sesuai bidang keilmuan akademik. Sejumlah penerbit berkenan mempublikasikannya, dan saya pun mulai mendapatkan royalti. Jika saya hitung total royalti yang berhasil saya kumpulkan, besarnya hampir sama dengan salah satu rumah yang saya beli.

Tulisan-tulisan saya di harian lokal Bali Post (2008)
Tulisan-tulisan saya di harian lokal Bali Post (2008)
Tulisan-tulisan saya di harian lokal Bali Post (2008)
Tulisan-tulisan saya di harian lokal Bali Post (2008)

Menariknya kemudian, buku rupanya menjadi brosur yang rupanya efektif untuk meningkatkan personal brand. Saya mulai mendapatkan order untuk membuat buku biografi sejumlah pengusaha. 

Ada pula permintaan untuk membuat annual report perusahaan lainnya, ada pula yang meminta dibuatkan company profil dan corporate magazine. 

Yang pada akhirnya, menuntun saya pada model bisnis perusahaan jasa komunikasi media. Menulis adalah keterampilan dasarnya, menjadi perusahaan komunikasi media adalah keterampilan bisnis yang berhasil saya konversi.

Beberapa judul buku yang saya tulis
Beberapa judul buku yang saya tulis
Beberapa judul buku yang saya tulis
Beberapa judul buku yang saya tulis

Belakangan, saya mulai membuat pelatihan-pelatihan kecil serupa seminar dan workshop. Di akhir tahun, hasil dari berbagai program pelatihan ini menyumbangkan 30% dari omzet perusahaan. Maka dari sanalah kemudian ide mendirikan kampus bisnis bergulir, yang pada tahun 2014 akhirnya berhasil saya eksekusi. Belakangan, sejumlah pengusaha bersedia menjadi bapak asuh dalam program pelatihan kami, menyantuni melalui program beasiswa bagi mereka yang tak punya dana.

www.akubank.co.id
www.akubank.co.id

Jika ditarik ke belakang, semua bermuara pada keterampilan menulis, sebuah pondasi dari berbagai revenue stream yang variatif. Yang harus dilakukan para penulis agar ini menjadi profesi untuk hidup, adalah dengan mengetahui cara mengembangkannya. 

Inilah alasan kenapa bulan Juni lalu, saya menggelar program seminar online bertajuk Book Writers, Talk About Writing & Careers. Ada 6 penulis buku yang saya undang untuk memberi dan berbagi, mereka semua punya cerita dan latar belakang berbeda yang hidup membangun karir dengan leverage tulisan.

coveraa-5feadd6dd541df474b144095.jpg
coveraa-5feadd6dd541df474b144095.jpg
Yang pertama Rezky Firmansyah, masih sangat muda, tapi sudah menjadi idola banyak anak-anak muda. Ia sudah menulis buku sejak zaman sekolah, kemudian membuat gerakan menulis yang sukses diikuti banyak orang. 

Belakangan ia membuka pelatihan cara menulis untuk karyawan sebuah korporasi. Ia menemukan model bisnis yang pas, berbagi ilmu menulis dengan cara mengajar soal cara menulis.   

Yang kedua ada Olivia Dianina Purba. Semula ia dapat banyak beasiswa yang membawanya belajar hinggak ke banyak negara, pengalaman itulah yang kemudia ia tuliskan dalam buku. Belakangan, ia merasa depresi dan mengetahui, bahwa ada cara agar anak-anak muda terhindari dari masalah psikologis ini dengan cara rutin, maka ia menulis buku berjudul Happy Person.

Yang ketiga ada Qaris Tajudin, yang ini wartawan. Ia memperoleh penghasilan dari gaji. Namun dalam satu kesempatan, ia ditugaskan ke medan perang dan melakukan peliputan. Hasil liputannya, kemudian ia kembangkan menjadi sebuah novel, so, ia pun punya penghasilan tambahan dari royalti.

Yang keempat ada penulis buku biografi Fenty Effendy. Semula ia juga wartawan, kemudian menjadi spesialis menulis buku-buku biografi. Bentuknya revenue stream bisnisnya beragam, mulai dari royalti dari penjualan buku, atau dibayar oleh klien yang memesan buku biografi tersebut.

Yang kelima ada Tuhu Nugraha, yang ini pakarnya digital marketing, namun juga menulis buku untuk mengenalkan perusahaannya. Buku bukan hanya memberikan pemasukan dari penjualannya, namun juga membangun brand perusahaan tempatnya bernaung.

Yang terakhir ada Arto Biantoro, lewat buku Merek Lokal Harus Bisa, ia tak hanya mengajak UMKM berdaya dengan membangun brand, namun juga mengenalkan profil dirinya, profil perusahaannya dan sekaligus tetap bisa berbagi. Menulis buku, akhirnya memberikan dampak secara tidak langsung.

Ke 6 narasumber inilah yang saya hadirkan untuk berbagi pengalaman kepada peserta. Karena bagaimana pun, dengan mengetahui cara mengemas keterampilan menulis dengan benar, adalah cara agar keterampilan ini bisa menjadi profesi yang menjanjikan.

Pada akhirnya, menulis, selain memberikan kegembiraan bagi penulisnya, akhirnya menjadi medium untuk berbagi kebahagiaan bagi mereka yang membacanya. Melalui program Book Writers, Talk About Writing & Careers, adalah cara saya untuk berbagi kebahagiaan dengan banyak orang, mengenalkan mereka bagaimana profesi ini dikembangkan, dan peluangnya yang selalu terbuka lebar. Pun dengan artikel ini, yang punya semangat sama laiknya JNE pada usianya ke 30, dengan mengajak publik turut berbagi kebahagiaan.

Belakangan, saya ditunjuk penerbit Ganeca Digital sebagai duta buku. 

Ditunjuk sebagai Duta Buku oleh Penerbit Ganeca Digital (Feb, 2020)
Ditunjuk sebagai Duta Buku oleh Penerbit Ganeca Digital (Feb, 2020)

Saya juga berbagi lebih detil soal keterampilan teknis dan bisnis dengan lingkup lebih luas, seperti animator, fotografer, desainer, marketer, apps developer dan sejumlah keterampilan teknis lain, yang baru bisa menjadi profesi setelah di konversi ke business skills melalui buku Creator Inc   dan Make Your Story Matter

Creator Inc (2017)
Creator Inc (2017)

Make Your Story Matter (2019)
Make Your Story Matter (2019)

Jadi, apakah menulis bisa jadi tumpuan hidup?

Jawabannya terbentang sepanjang artikel ini. Menulis sama seperti berbicara, punya pangsa pasar yang besar, ini merupakan salah satu unsur penting untuk berbisnis. Jawaban lainnya yang ingin saya tambahkan, menulis juga menjadi medium efektif untuk mengajak orang melakukan kebaikan, bercerita soal pengalaman diri, dan membuat orang lain turut memiliki tumpuan hidup.

#Berbagi #Memberi #Menyantuni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun