Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

MM Langgar Aturan Tak Tertulis Para Pembalap, Mesin VR Memang Tidak Kompetitif

27 Oktober 2015   11:43 Diperbarui: 28 Oktober 2015   05:00 4605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sharing pengalaman dari menonton Motor GP Sepang 2015 kemarin

[caption caption="Photo by Putera Adnyana"][/caption]Sepang 25 Oct 2015 - Ketimbang sepak bola, Motor GP sebenarnya kalah favorit buat saya. Namun musim ini sedikit berbeda, kembali percaya dirinya Rossi  yang mengantarkannya memiliki kans juara, munculnya sejumlah rookie potensial serta sejumlah jawara incumbent yang tak mau kalah merubah banyak hal. Belum lagi jika isu pensiunnya Rossi benar adanya, maka kesempatan untuk melihat olahragawan besar secara langsung di akhir masa karirnya menjadi momen yang penuh nilai. Inilah sederet alasan yang akhirnya membawa saya ke Sepang hari minggu lalu.

Dan betul saja, pengalaman pertama menonton GP secara langsung ini memang tak ada duanya. Jika kita biasa menontonnya lewat televisi, terlihat bagaimana megah dan mahalnya olahraga adu cepat ini, namun ketika datang secara langsung, kesan itu sekejap sirna. Baru terasa bagaimana berbahayanya olahraga ini, atmosfer “keras” ala balapan jalanan yang justru terlihat. Perubahan kecepatan para rider sangat nyata, kesalahan mengambil jarak bebas menikung juga terlihat –ini yang menyebabkan jarak antar rider dari lap ke lap semakin lebar-, bahkan suara mesin yang sesungguhnya, ternyata terdengar tidak “se-smooth” di televisi.

Belum lagi cuaca Sepang yang benar-benar panas sebagaimana di keluhkan oleh Lorenzo -bahkan bagi penonton di Tribun yang terlindungi kanopi-, nggak kebayang dengan yang dirasakan para rider yang berada di tengah lintasan dengan baju super ketat yang tebal, fokus selama 1,5 jam melewati lap demi lap sebanyak 20 kali dengan mesin motor yang juga tak kalah panasnya. So, yang betul-betul saya rasakan dan lihat disini adalah gerombolan penunggang penuh nyali, yang sangat menyadari apa yang mereka kerjakan, dan tahu bahwa satu kesalahan kecil saja akan berkonsekuensi fatal. Disini.., emosi mengalahkan segalanya!

The Game

Jalannya kompetisi secara keseluruhan, memanglah tidak seseru seri-seri sebelumnya, terutama Australia yang dinilai sabagai salah satu seri terbaik dalam 10 tahun terakhir. Namun insiden clash Mark Marquez [MM] dan Ventino Rossi [VR] menjadi diskursus panjang. Saya sendiri berada di B Hillstand, posisi nonton paling dekat dengan insiden. Saat itu, saya melihat dengan jelas bagaimana Rossi menurunkan kecepatannya dengan drastis –hampir seperti ngerem mendadak-, menutup jalur lintasan MM dan menyerempet MM yang akhirnya terjatuh. Asumsi saya saat itu, ini kesalahan fatal yang dilakukan oleh seorang legenda.

Namun setibanya di hotel, saya menonton tayangan ulangnya dan melihat hal sebaliknya, justru MM yang lebih dulu menabrak Rossi. Namun hal ini wajar, MM berasumsi Rossi hanya akan menutup jalur tanpa mengurangi kecepatan secara drastis, sehinbgga MM hanya berupaya menghindar tanpa mengurangi kecepatannya, namun yang terjadi justru VR menurunkan kecepatan, maka terjadilah clash.  

Lepas dari kontroversi siapa salah dan benar. Saya juga melihat VR memang sejak awal tidak kompetitif dari sisi mesin motor. Di awal-awal lap ketika jarak antar rider masih sangat dekat, saya tidak bisa membedakan antara suara mesin motor yang satu dengan yang lain, namun setelah 5-8 lap dimana jarak antar rider mulai menjauh, baru bisa terdengar, mesin VR setiap kali di tikungan melepas gas terdengar sember [orang kita bilangnya ngerebet], saya berasumsi ini sudah terjadi sejak awal.

Hal yang berbanding terbalik dengan kendaraan rider lainnya terutama Pedrosa yang suara mesinnya gasir sejak awal. Yang kedua, suara mesin VR seperti motor yang melaju kencang tapi dengan perseneling rendah, mesinnya meraung tersendat. Dan ini semakin terdengar jelas setiap kali Rossi melewati tikungan dan menggeber gas untuk throttle. Bahkan VR harus melambat dengan drastis setiap kali akan melaju di trek lurus. Hal ini, juga tidak terjadi dengan rider lainnya. Baru setelah 2/3 lintasan terlewati, Lorenzo mengalami hal yang sama, mesinnya ngerebet setiap kali di tikungan, sebagaimana dialami VR sejak awal. Cuma suaranya tidak sekeras ngerebetnya mesin VR. Tebakan saya, setelan mesin Yamaha tidak pas dengan Sepang. So saya berpikiran, sekalipun clash tidak terjadi, VR memang rasanya tidak sanggup berbuat banyak di seri ini.

The Clash

Lalu bagaimana dengan kontroversi yang terjadi sekarang? Sejumlah rider menilai bahwa MM melanggar aturan tak tertulis para rider, jika sudah tidak dalam jalur perebutan juara, buat apa mengganggu rider yang tengah mengejar juara? Namun saya setuju dengan Pedrosa, MM memang tipikal oportunis, selalu punya fighting spirit dan keinginan untuk menang. Bahkan mungkin, jika memang harus rekan setimnya sendiri pun yang harus diperlambat, bisa jadi akan di lakukannya.

Dan jika saja nanti di Valencia VR tidak di ganggu sebagaimana yang terjadi dalam beberapa seri-seri sebelumnya, kans juara VR masih cukup besar. Masih ingat peristiwa tahun 2006 ketika Rossi terjatuh di seri pamungkas Valencia dan membuat Nicky Hayden menjadi juara dunia? Itu bisa terjadi dengan Lorenzo. Saya pribadi melihat tidak ada konspirasi apapun untuk menjegal Rossi disini, yang ada adalah para rider –baik yang punya kans juara atau tidak- untuk menang, bahkan untuk Ianone sekalipun. Dan memang seperti inilah seharusnya balapan itu dilakukan. Dengan sirkuit Valencia yang penuh tikungan –sekalipun rekor VR di sini tidak terlalu bagus- tapi rasanya kans nya untuk juara masih terbuka. Pengalaman dan jam terbangnya bisa menjadi leverage buat VR juara.

The Trip

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun