“If you born poor, it’s not your mistake.
Ifyou die poor, it’s really your mistake” (Donald Trump)
Tahun 2009 lalu, Indonesia mendapat undangan untuk pertama kalinya dalam G20, kelompok 20 besar negara dengan GDP [gross Domestic Bruto] terbesar di dunia. Yakni negara dengan pendapatan perkapita yang besar [untuk pendapatan perkapita dikalikan dengan jumlah penduduk]. Dikelompok elite ini Indonesia merupakan negara satu-satunya dari ASEAN yang menjadi anggota, artinya yang terbaik dari sisi GDP. G20 adalah reperesentatif perdagangan domestik bruto (PDB) sebesar (50 Triliun USD) 80% dari perdagangan dunia dan dua pertiga penduduk dunia.
Dan pada bulan Mei 2014 lalu, Indonesia naik ke peringkat 10 ekonomi dunia, setelah AS, Tiongkok, India, Jepang, Jerman, Rusia, Brasil, Prancis dan Inggris. Hasil ini menunjukkan bahwa pendapatan per kapita masyarakat Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan.
Pencapaian ini menunjukkan proses transformasi tengah terjadi, kelas masyarakat mengalami kenaikan, dari yang dulunya miskin menjadi menengah, yang menengah menjadi kaya dan yang kaya, menjadi lebih kaya. Bahkan konsultan Properti Knight Frank memperkirakan pertumbuhan orang-orang super kaya di Indonesia akan meningkat 144% dalam 10 tahun ke depan.
Tinggi rendahnya PDB dan pendapatan per kapita suatu negara oleh Bank Dunia tahun 2003 dikategorikan kedalam 4 kelompok berdasarkan pendapatan perkapita yakni :
·Low Incomes Economies yakni negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar $ 675 atau kurang
·Lower Midle Income Economies yakni negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar $ 675 – $ 2.695
·Upper Midle Income Economies yakni negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar $ 2.695 - $ 8.335
·Hight Income Economies yakni negara-negara yang memiliki PNB perkapita $ 8.335 atau lebih
Namun disaat yang hampir sama, hal paradox terjadi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia sampai dengan September 2013 mencapai 28,55 juta orang (11,47 persen), jumlah ini meningkat dibandingkan dengan pencatatan sebelumnya. Lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Study Of The Rich
Penelitian dari BCG Wealth Market Database, yang dimuat dalam buku The Secret Of Wealth Management menyampaikan bahwa 3% penduduk dunia menguasai 70% kekayaan dunia.
Nielson Media Research memperkuat penelitian tersebut dengan mengatakan hanya 3% orang yang berhasil dalam kehidupannya. Dan jika kekayaan yang 70% tersebut dibagi merata ke seluruh manusia di bumi ini yang jumlahnya sekitar 7 miliar, maka diperkirakan dalam 5-10 tahun ke depan komposisinya akan kembali seperti semula, yakni 70% kekayaan itu akan dimiliki oleh 3% dari orang-orang kaya. Benarkah demikian?
Orang kaya atau menjadi kaya karena mereka berpikir dengan cara-cara tertentu, merasa dengan cara-cara tertentu dan melakukan hal-hal yang tertentu pula, yang tidak sama dengan orang-orang kebanyakan. Dan di Indonesia, fenomena ini pun berlaku sama, bertumbuhnya jumlah kelas menengah di Indonesia, justru tidak diiringi dengan kesejahteraan yang merata, maka yang terlihat kemudian yang kaya semakin kaya, dan yang lainnya tetap atau biasa-biasa saja.
Who’s The Rich?
Robert Collier dalam bukunya The Secret of the Ages menuliskan hasil survey yang menarik, temuannya dari setiap 100 orang berusia 25 tahun yang diikuti perjalanan hidupnya adalah :
·66 (66%) diantaranya akan hidup sampai usia 65 tahun, dan 34 lainnya meninggal.
·Dari 66 orang ini, lima orang masih harus mencari nafkah sampai usia 65 tahun.
·Empat orang akan cukup kaya atau sejahtera
·Hanya satu yang akan menjadi kaya
·Dan 56 (85%) sisanya akan bergantung pada keluarga mereka, atau pensiun mereka, atau masyarakat, atau jaminan sosial.
Ini artinya, 90% jumlah penduduk yang usianya diatas 65 tahun, hidupnya masih harus bekerja dan tergantung dengan orang lain, mereka tidak bisa berdiri sendiri. Mereka akan bergantung pada keluarga mereka, para orang tua yang setiap bulannya harus menunggu kiriman dari anaknya hanya untuk membeli makanan. Sebagian ada yang menumpang pada adiknya, kakaknya, saudaranya, atau mereka tinggal di panti-panti jompo.Sementara 4% diantaranya akan sejahtera dan hanya 1% yang akan menjadi kaya.
Apa definisi kaya dan strata kesejahteraan?
Klasifikasi kekayaan dari bank dunia adalah sebagai berikut :
·Miskin$25,000 atau kurang /tahun
·Middle Class$25,000 sampai dengan $100,000 / tahun
·Affluent$100,000 sampai $1,000,000 /tahun
·Kaya$1,000,000 atau lebih / tahun
·Super Kaya$1,000,000 atau lebih per bulan
Lembaga survey lainnya seperti Knight Frank bahkan mengklasifikasi orang super kaya menjadi 3 kategori yaitu Ultra High Net Worth Individualis (UHNWIs) atau orang kaya yang memiliki jumlah aset investasi lebih dari US$ 30 juta dan tidak termasuk rumah tinggal utama. Kategori Centa Millionare dengan kekayaan di atas US$ 100 juta dan Billionaire dengan kekayaan di atas US$ 1 miliar.
Sekarang, mari kita bandingkan statistik diatas dengan data demografi Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia Tahun 2010
Age Group
Tahun 2010
%
0 - 4
21,571.5
104,735.1
44.7%
5-9
20,522.5
10-14
20,396.1
15 - 19
21,098.7
20 - 24
21,146.3
25 - 29
20,734.3
117,351.5
50%
30 - 34
19,878.2
35 - 39
18,364.9
40 - 44
16,507.7
45 - 49
14,415.1
50 - 54
11,897.3
55 - 59
9,073.8
60 - 64
6,480.2
65 - 69
4,584.1
12,094.8
5.2%
70 - 74
3,566.2
75+
3,944.5
Jumlah/Total
234,181.4
100.0%
Sumber BPS [data diolah]
Saat ini, jumlah penduduk Indonesia berdasar data BPS tahun 2010 sebanyak 234.181,4 juta. Dimana 117,351.5 juta orang berusia antara 25-64 tahun, jika usia Anda diantara range tersebut, maka Anda termasuk salah satunya. Statistik menyebut hanya 5% yang akan menjadi sejahtera, maka itu artinya hanya 5.868 orang yang akan mengalaminya. Sementara 94% lainnya sebanyak 110,310 juta orang masih harus bekerja, hidupnya bergantung orang lain, atau tunjangan pemerintah. Dan hanya 1% yang akan menjadi kaya, yakni sebanyak 1,174 orang saja yang akan mencapai kekayaan.
Mari kita lihat dengan fakta yang ada, BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia sampai dengan September 2013 mencapai 28,55 juta orang (11,47 persen), jumlah ini meningkat dibandingkan dengan pencatatan sebelumnya. Sementara berdasarkan data yang dikutip dari data Knight Frank, pada bulan Mei 2014, jumlah orang kaya di Indonesia pada 2013 mencapai 626 orang, yang diprediksi akan naik 144% menjadi 1.527 orang ditahun 2023. Untuk yang super kaya alias Billionaires, pada tahun 2013 lalu tercatat ada 23 orang yang akan meningkat 143% pada 2023 menjadi 56 orang. Pertumbuhan para billionaires ini merupakan yang paling besar di dunia. Pertanyaannya sekarang, ada dikelompok manakah Anda?
Time To Start?
Data statistik sebelumnya menunjukkan bahwa penduduk miskin di Indonesia bertambah, sementara kelompok kelas menengah yang jumlahnya sangat besar, kesulitan levelling up menjadi kaya. Sementara yang kaya, akan menjadi semakin kaya. Di perkirakan hanya 1% dari masyarakat Indonesia yang saat ini berusia 25-65 tahun, nantinya akan menjadi kaya. Itu artinya hanya 1,174 orang saja yang akan menjadi kaya.
Mengapa ini bisa terjadi?
Studi dari CFP Board bisa menjadi alternatif data tambahan yang rasanya tepat untuk memberikan jawaban dari pertanyaan tersebut.
CFP Board USA: 50% manula masih harus bekerja setelah menjalani masa pensiun karena mereka baru mulai merencanakan keuangan setelah berusia 40 tahun [mendekati pensiun]
Di Indonesia : 78% manula masih harus bekerja setelah menjalani masa pensiun karena mereka baru merencanakan keuangan setelah berusia 50 tahun [mendekati masa pensiun].
Studi diatas menunjukkan bahwa range usia merencanakan keuangan [dalam hal ini berinvestasi] adalah penting, termasuk salah satu faktor yang menjadikan seseorang bebas secara financial setelah memasuki masa pensiun. Alasan ini menjadi jawaban kuat, mengapa tidak banyak muncul billionaire baru di Indonesia.
Perhatikan ilustrasi ini, jika si A dan si B akan pensiun 30 tahun lagi, dimana si A mulai menabung Rp. 200 rb/bulan selama 30 tahun kedepan, sementara si B baru mulai menabung setelah 15 tahun kedepan dengan besaran investasi Rp. 500 ribu / bulan. Si A menabung sejak dini, 30 tahun sebelum pensiun dengan dana hanya Rp. 200 rb/ bulan, sementara si B menabung hampir lebih dari dua kali lipat dari si A, namun dia menabung hanya 15 tahun sebelum pensiun. Hasil perhitungan ini mengejutkan, karena ternyata hasil tabungan dan jumlah bunga yang di dapatkan oleh si A dan si B akan jauh berbeda.
Total tabungan si A adalah Rp. 72 juta sementara si B adalah Rp. 90 juta, dan jika tabungan keduanya sama sama memberikan tingkat return [bunga] katakan saja 8%, maka pada tahun ke 30 tabungan si B hanya sekitar Rp 174 juta, sementara si A yang lebih dulu menabung sekalipun jumlahnya lebih kecil tapi karena dilakukan dari tahun pertama, maka berhasil mendapatkan hasil Rp. 299 juta, jauh lebih banyak dari yang ditabung oleh si B. Sekalipun si B berinvestasi lebih besar namun karena dilakukan dari tahun ke 15, hasil tabungannya tidak mampu mengejar si A.
Itulah sebabnya, para investor yang berhasil mencapai kebebasan keuangannya saat ini, sudah mulai berinvestasi sejak dini. Usia di bawah 25 tahun adalah kesempatan terbaik untuk memulainya, namun jika usia Anda telah lewat, maka jawaban paling tepat untuk memulai investasi adalah SEKARANG!
Life Cycle
Sejumlah praktisi keuangan kemudian memberikan klasifikasi fase kehidupan, yakni ketergantungan finansial, fase produktif dan fase pensiun.
Fase ketergantungan finansial, dengan range waktu 0 tahun hingga 18 tahun, batas usia ini memang disetiap negara berbeda, di negara-negara maju misalkan, usia 18 tahun adalah usia rata-rata anak-anak mulai mandiri, dan mulai bekerja sekalipun part time. Di Indonesia, menjadi 2 kelompok, satu kelompok yang sudah mulai bekerja di bawah usia 18 tahun, dan terjadi pada kelompok masyarakat bawah, dan satu kelompok lainnya diatas usia 22 tahun, usia rata-rata lulus kuliah. Namun di range usia inilah seorang anak umumnya masih mendapatkan ‘subsidi’ dari orang tuanya.
Fase produktif, setelah mulai bekerja, maka seseorang masuk dalam fase produktif, di awal fase ini, menjadi sangat penting untuk digunakan sebagai wadah dalam hal pembelajaran financial. Pengetahuan yang baik soal pengelolaan keuangan dan investasi adalah awal untuk merencanakan pensiun yang mapan. Umumnya usia pensiun adalah 55 tahun.
Fase pensiun, baru kemudian setelah pensiun, seseorang bisa memperoleh return dari hasil investasinya, disinilah periode dimana seseorang sudah tidak cukup cakap lagi dalam bekerja, dan saatnya mengambil hasil investasi yang ditanamkan selama ini ketika masih aktif bekerja. Jika hasil investasinya cukup besar, maka masa pensiun bisa menjadi fase yang paling menyenangkan dan bahkan mungkin indah, karena tidak harus bekerja, namun memiliki uang yang bisa digunakan untuk liburan dan bersenang-senang.
Jika pola ini dilakukan oleh kebanyakan masyarakat kita, maka rasanya hampir pasti tingkat populasi orang kaya akan jauh lebih besar dari apa yang sudah di prediksi saat ini. Pastikan Anda adalah salah satunya, karena menjadi sejahtera adalah kewajiban yang harus kita penuhi, sebagaimana Donald Trump katakan, if you born poor, it’s not your mistake. ifyou die poor, it’s really your mistake.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H