Misalnya, jika anak remaja ingin menggunakan media sosial, orang tua bisa memberikan kebebasan dengan batasan, seperti menetapkan waktu penggunaan dan memastikan bahwa mereka memahami etika dan keamanan dunia maya. daripada melarang, orang tua bisa berkata, “Kamu boleh main media sosial selama 2 jam sehari, tapi tolong ingat untuk tidak membagikan informasi pribadi dan selalu berhati-hati dengan orang yang kamu temui secara online.” Batasan konten ataupun pesan untuk memilih konten positif secara verbal perlu kita sampaikan ke anak. Itu adalah rambu rambu atau batasa yang kita buat.
Mencintai remaja juga berarti memberi mereka dukungan yang konsisten, terutama di masa-masa sulit. Ketika remaja menghadapi kegagalan, baik di sekolah, dalam hubungan pertemanan, atau dalam pencarian jati diri mereka, di sinilah cinta orang tua dan pendidik benar-benar diuji. Banyak dari kita yang secara tidak sadar menjadi lebih kritis bahakan sangat kritis saat anak-anak kita gagal, alih-alih mendukung mereka untuk bangkit.
Padahal, momen kegagalan itua adalah saat-saat di mana mereka paling membutuhkan kita. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, “Pendidikan terbaik adalah pendidikan yang mengajarkan anak untuk menghadapi kesulitan dengan keberanian dan kesabaran.” Di bahasan kemaren abak idel bukanlah anak yang sempurna dan tidak pernah salah, namun anak yang bisa belajar dari kesalahan.
Untuk mencintai remaja dengan benar, kita harus belajar menjadi sahabat bagi mereka. Sahabat yang mendengarkan, sahabat yang mendukung, dan sahabat yang selalu ada saat mereka jatuh. Mencintai mereka dengan cara ini akan menciptakan hubungan yang lebih dalam dan bermakna. Ketika remaja merasa dicintai dan didukung, mereka akan lebih mudah terbuka, lebih sedikit mengalami stres, dan lebih mampu membuat keputusan yang baik dalam hidup. Diartikel sebelumnya kami pernah tulisakan untuk sebagai orang tua tetap masih harus terus belajar, diantaranya belajar pengasuhan.
Closing, mencintai remaja di era modern ini bukanlah tentang mengontrol atau memaksakan kehendak. Ini adalah tentang memberi mereka ruang untuk bertumbuh, sambil tetap berada di sisi mereka sebagai pendukung yang penuh kasih.
Dengan pendekatan yang lembut dan bijaksana, kita dapat membantu mereka menemukan jati diri mereka, menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks, dan menjadi individu yang berakhlak mulia. Inilah cara kita mencintai remaja dengan sepenuh hati, mengikuti jejak para Nabi dan teladan Islam yang mulia.
Allahu a`lam bishowwab. Besok bersambung insya Allah tema seberapa dalam cinta Ayah bunda kepada remaja.
Sobat sobat budiman, bila menemukan ketidaksesuaian pada tulisan ini mohon dikoreksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H