Mohon tunggu...
Arif Prabowo
Arif Prabowo Mohon Tunggu... Administrasi - UIN KH Abdurrahman Wahid, Yayasan Al Ummah, PAUD IT/ TKIT/ SDIT Ulul Albab, SMP/SMA IT Assalaam Boardinng School

Menyukai pengelolaan Sumber Daya Manusia, Keluarga, Keayahan, masih belajar pendidikan yang bijak di era berlimpahnya informasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cintailah Remaja Kita Jadilah Sahabat Meski Tak Dekat, Peran Orang Tua dan Guru

3 September 2024   08:45 Diperbarui: 5 September 2024   09:50 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,
Sobat sobat pendidik budiman, melanjutkan tulisan tulisan  yang sebelumnya, masih tema pengasuhan sedekat sahabat.

Masa remaja adalah masa yang unik dan penuh tantangan, di mana anak-anak tidak hanya bertransisi secara fisik menuju dewasa, tetapi juga mengalami pergolakan emosional yang signifikan. Sebagai orang tua atau guru, menjadi sahabat bagi anak-anak remaja adalah sebuah tantangan tersendiri. 

Kita sering kali dihadapkan pada dilema antara memberikan kebebasan dan memberikan bimbingan yang mereka butuhkan. Namun, sebagai sahabat, kita tidak harus selalu berada dekat secara fisik; yang penting adalah kehadiran kita secara emosional dan spiritual. Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh orang tua dan guru untuk mencintai anak remaja dan menjadi sahabat mereka meski tak selalu berada di sisi mereka?

Pertama, orang tua dan guru harus menciptakan hubungan yang penuh kepercayaan. Ini bukan sesuatu yang instan, tetapi memerlukan waktu, konsistensi, dan kesabaran. Hubungan orangtua-remaja yang kuat berkorelasi positif dengan kesejahteraan psikologis, sebagaimana dibuktikan oleh penelitian yang menunjukkan bahwa remaja dengan dinamika keluarga yang mendukung melaporkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah(Singh et al. 2024) (Monika et al. 2023). 

Demikian pula, Dukungan emosional dari orang tua secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan subjektif remaja dan keberhasilan akademik, dengan tingkat dukungan yang lebih tinggi terkait dengan hasil kesehatan mental yang lebih baik("Parental emotional support and adolescent well-being", 2024). Ketika remaja merasa bahwa orang dewasa di sekitar mereka bisa dipercaya dan siap mendengarkan tanpa menghakimi, mereka lebih mungkin untuk membuka diri tentang apa yang mereka rasakan dan alami.

Dalam konteks pengasuhan Islami, ini selaras dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang menekankan pentingnya kasih sayang dan dialog dalam mendidik anak. Dalam banyak hadits, kita belajar bagaimana Nabi SAW selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, bahkan kepada anak-anak, dan memberikan nasihat yang bijaksana tanpa menghakimi. 

Dalam literatur pendidikan islam kita megenal  "Tidaklah kelembutan ada pada sesuatu kecuali akan memperindahnya, dan tidaklah kekasaran ada pada sesuatu kecuali akan memperburuknya". Misalnya, penggunaan permainan edukatif dapat meningkatkan minat anak-anak pada ajaran Islam, membuat pembelajaran menyenangkan dan menarik, sehingga mewujudkan kelembutan dalam pendidikan(Al-Ghifari et al. 2024).

Kedua, orang tua dan guru perlu mengembangkan keterampilan mendengarkan yang mendalam. Mendengarkan di sini bukan hanya sekadar mendengar kata-kata, tetapi juga memahami emosi yang ada di balik kata-kata tersebut. 

Remaja sering kali merasa bahwa dunia mereka sangat rumit, dan mereka membutuhkan seseorang yang benar-benar mendengarkan dan memahami perasaan mereka. Mendengarkan aktif melibatkan parafrase, mengajukan pertanyaan terbuka, dan mempertahankan keterlibatan non-verbal, yang membantu menciptakan lingkungan yang aman bagi remaja untuk mengekspresikan diri sendiri(Tustonja et al. 2024). 

Mendengarkan aktif telah terbukti meningkatkan kesadaran dan manajemen emosional di kalangan remaja, terutama mereka yang mengalami gangguan mood ("The Listening Experience in a Group of Adolescents with Mood Disorders.", 2022).

Ketiga, penting untuk menunjukkan cinta melalui aksi nyata, bukan hanya melalui kata-kata. Mengungkapkan kasih sayang kepada anak remaja bisa dilakukan dengan cara sederhana namun berarti, seperti meluangkan waktu untuk mereka, memberikan perhatian penuh saat berbicara, atau bahkan melalui sentuhan yang penuh kasih. Dalam Islam, cinta kepada anak adalah tindakan nyata yang ditunjukkan melalui perhatian, bimbingan, dan pengorbanan. Hal ini tercermin dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, yang selalu memberikan waktu dan perhatian khusus kepada anak-anak, bahkan ketika beliau sibuk dengan urusan umat.

Keempat, orang tua dan guru harus membantu remaja untuk mengembangkan rasa tanggung jawab dan kemandirian mereka. Salah satu cara terbaik untuk mencapainya adalah dengan memberikan mereka kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri, tetapi tetap dalam bimbingan yang jelas. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang diberikan kesempatan untuk membuat keputusan mereka sendiri, dengan panduan yang tepat, cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dan kemampuan untuk mengatasi masalah dengan lebih baik. 

Remaja yang berpartisipasi dalam lokakarya bimbingan karir terstruktur menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam efikasi diri karir dan penetapan tujuan, menyoroti pentingnya pengambilan keputusan yang dipandu dalam meningkatkan kepercayaan diri (Gashi et al. 2023)

Namun, penting juga untuk diingat bahwa mendukung kemandirian tidak berarti meninggalkan mereka sendirian. Ini berarti kita perlu ada di sana untuk memberikan dukungan dan bimbingan ketika mereka membutuhkannya, seperti seorang sahabat yang selalu ada meski jarak fisik mungkin memisahkan. Kunci utamanya adalah keseimbangan: memberikan kebebasan, tetapi juga memberikan bimbingan yang tepat.

Selain membangun kepercayaan dan mendukung kemandirian, orang tua dan guru juga perlu menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang kuat. Remaja adalah masa di mana seseorang mulai mencari makna hidup dan identitas mereka. Mereka membutuhkan panduan untuk memahami dunia di sekitar mereka serta nilai-nilai yang akan membentuk pilihan dan tindakan mereka. Dalam Islam, proses ini dikenal sebagai tarbiyah, yaitu pembinaan yang berkelanjutan yang mencakup pendidikan intelektual, moral, dan spiritual.

Penting bagi orang tua dan guru untuk menjadi contoh teladan dalam menunjukkan nilai-nilai ini. Studi dari National Library Of Medicine  menunjukkan temuan mengungkapkan bahwa disiplin yang tidak konsisten di kelas 6 meramalkan peningkatan sikap berorientasi kenakalan remaja pada kelas 7 yang , pada gilirannya, meramalkan peningkatan perilaku antisosial remaja awal dan penurunan perilaku kompeten secara sosial pada kelas 8. 

Remaja lebih cenderung mengadopsi nilai-nilai yang konsisten dengan perilaku orang tua atau guru mereka. Ketika orang dewasa di sekitar mereka hidup sesuai dengan prinsip yang mereka ajarkan, remaja merasa lebih termotivasi untuk mengikuti jejak tersebut. Hal ini menegaskan pentingnya orang tua dan guru untuk tidak hanya berbicara tentang nilai-nilai, tetapi juga memperlihatkannya melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, orang tua dan guru juga perlu memberikan ruang bagi remaja untuk bertanya dan berdiskusi tentang isu-isu moral dan spiritual. Ini berarti memberikan mereka kebebasan untuk mengeksplorasi, meragukan, dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup mereka, tanpa merasa tertekan atau dihakimi. 

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah, salah satu prinsip penting dalam mendidik adalah "menumbuhkan rasa ingin tahu anak-anak dan mengarahkan mereka untuk menemukan kebenaran melalui pemikiran yang jernih dan pengamatan yang bijaksana." Memberikan ruang dialog yang terbuka membantu remaja merasa dihargai dan didukung dalam perjalanan pencarian mereka.

Di samping itu, penting juga bagi orang tua dan guru untuk membantu remaja mengelola stres dan emosi mereka. Remaja sering kali menghadapi tekanan dari berbagai arah, baik dari sekolah, teman sebaya, maupun media sosial. 

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa remaja di seluruh dunia, termasuk Indonesia, semakin rentan terhadap masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. 

Di sini, peran orang tua dan guru menjadi sangat penting untuk memberikan dukungan emosional, membantu mereka memahami dan mengelola perasaan mereka, serta mengajarkan keterampilan untuk mengatasi tekanan dengan cara yang sehat.

Untuk melakukannya, penting bagi orang tua dan guru untuk mengenali tanda-tanda stres dan ketidakstabilan emosi pada remaja. Mereka perlu mendekati remaja dengan empati, bukan dengan kritik atau hukuman. Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW mengajarkan pentingnya bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayang, bahkan dalam situasi yang menantang. Seperti hadits “Sesungguhnya kelembutan tidaklah diberikan pada segala urusan melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah kelembutan ditarik dari tiap urusan kecuali akan menjadikannya buruk“. [HR Muslim no: 2594]

Akhirnya, penting bagi orang tua dan guru untuk selalu berdoa bagi anak-anak dan siswa mereka. Doa adalah senjata yang sangat kuat dalam Islam, dan melalui doa, kita memohon perlindungan, petunjuk, dan keberkahan bagi remaja yang sedang dalam perjalanan mencari jati diri. Ketika orang tua dan guru berdoa dengan tulus, mereka bukan hanya meminta bantuan dari Allah SWT, tetapi juga memperkuat ikatan spiritual dengan anak-anak dan siswa mereka.

Sebagai kesimpulan, mencintai anak remaja dan menjadi sahabat mereka meski tak selalu berada di dekat, membutuhkan pendekatan yang seimbang antara memberikan kebebasan dan bimbingan. Ini berarti membangun hubungan yang penuh kepercayaan, menjadi contoh yang baik, memberikan ruang untuk eksplorasi, membantu mereka mengelola emosi, dan selalu mendukung mereka melalui doa. Dengan cara ini, orang tua dan guru dapat memainkan peran penting dalam membantu remaja tumbuh menjadi individu yang kuat, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan kehidupan.

Allahu a`lam bishowwab. Bersambung insya Allah

Sobat sobat pendidik yang budiman, mohon koreksi bila ada yang tidak pas. Terimakasiih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun