Mohon tunggu...
Arif Prabowo
Arif Prabowo Mohon Tunggu... Administrasi - UIN KH Abdurrahman Wahid, Yayasan Al Ummah, PAUD IT/ TKIT/ SDIT Ulul Albab, SMP/SMA IT Assalaam Boardinng School

Menyukai pengelolaan Sumber Daya Manusia, Keluarga, Keayahan, masih belajar pendidikan yang bijak di era berlimpahnya informasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Indonesia Nomor 2 Didunia: Menyerahkan Pengasuhan kepada Sekolah

1 September 2024   11:30 Diperbarui: 5 September 2024   11:32 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Global Parent Survey pada tahun 2018 merilis  data yang menarik sekaligus memprihatinkan bagi kita ternyata orang tua di Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia dalam hal menyerahkan seluruh tetek bengek urusan pengasuhan anak kepada sekolah. Fenomena ini bisa menunjukkan bahwa adanya pola pikir yang berubah di kalangan orang tua,  bahwa tanggung jawab pendidikan dan pembentukan karakter anak lebih banyak dibebankan pada institusi seskolah daripada di rumah. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: apa yang menyebabkan perubaha  ini, dan kemudian bagaimana dampaknya terhadap perkembangan anak?

Penting untuk dipahami kembali oeleh kita para orang tua,  bahwa dalam pandangan Islam, tanggung jawab utama pengasuhan dan pendidikan anak berada di tangan orang tua. pelaku utama pendidikan adalah ayah dan ibu.  Ayah dan ibu adalah "madrasatul ula" madrasah pertama bagi anak-anak mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi" (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa peran orang tua sangat urgen  dalam meletakkan  nilai-nilai dasar dan karakter anak. maka ketika para orang tua (mungkin sebagian kita) menyerahkan hampir semua tanggung jawab oarngtua  kepada sekolah, akan memunculkan risiko.  Anak-anak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang berimabng  antara akademik dan moral.

salah satu alasan mengapa orang tua Indonesia lebih cenderung menyerahkan pengasuhan anak kepada sekolah adalah karena kesibukan pekerjaan .reski, et.al (2022) . Sebuah studi dari Our Word In data tahun 2024 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja kalangan perempuan yang meningkat , E. Ortis Espina (2024) ,  Kesibukan pada pekerjaan ini pada sisi yang lain akan membuat banyak orang tua merasa tidak memiliki cukup waktu untuk terlibat secara langsung dalam pendidikan dan perkembangan anak-anak mereka. Walaupun alasan ini bisa dipahami, kita sebagai orang tua tidak bisa mengabaikan dampaknya terhadap kesejahteraan anak.

Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua secara langsung dalam kehidupan anak-anak memiliki dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan sosial, emosional, dan akademik mereka   ( sharma, 2024; wafa &muthi, 2024) .  Anak-anak yang merasa terhubung dengan orang tua mereka cenderung mempunyai kepercayaan diri yang lebih tinggi, dan prestasi akademik yang lebih baik, serta lebih sedikit masalah perilaku. Sebaliknya, anak-anak yang merasa bahwa orang tua mereka kurang terlibat atau terlalu bergantung pada sekolah untuk semua aspek pendidikan cenderung merasa tidak didukung dan mengalami kesulitan dalam mengembangkan identitas diri yang kuat.

Dalam pandangan Islam, pendidikan yang ideal adalah yang integratif dan menyeluruh, yang mencakup pendidikan keimanan, moral (ahlaq) , emosional, dan fisik. Ibnu Khaldun dalam kitabnya "Muqaddimah" menyampaikan , pendidikan adalah proses yang berkesinambungan dan melibatkan semua aspek aspek kehidupan, tidak  hanya  pengetahuan formal yang diajarkan di sekolah. 

pada sisi lain, pihak sekolah terutama para guru dan staf pada sekolah akan mendapatkan tekanan yang berlebih karena pelimpahan keseluruhan proses pengasuhan anak dari orang tua. sekolah yang awalnay sebagai partner orang tua menjadi pelaku utama. pada sisi lain image sekolah sebagai pengajaran kognitif akademik tidak bisa diabaikan . beban ini menjadi bertumpuk.  maka terkadang pengelolaan emosional anak sedikit terbaikan. 

Untuk memahami lebih dalam tentang mengapa fenomena ini terjadi, penting untuk melihat kondisi sosial-ekonomi dan budaya di Indonesia. Banyak keluarga yang saat ini bergantung pada dua pendapatan (suami dan istri bekerja) untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga logis, waktu yang tersedia bagi orang tua untuk terlibat langsung dalam pengasuhan anak menjadi terbatas. Namun demikian , solusi terbaik bukanlah dengan menyerahkan seluruh tanggung jawab pendidikan kepada sekolah, namun dengan menciptakan keseimbangan yang sehat antara peran orang tua di rumah dan peran guru di sekolah, untuk yang ini para orang tua harus punya strategi. dan itulah kewajiban orang tua.

Pendekatan yang menyeluruh  dalam pendidikan menekankan akan pentingnya keterlibatan orang tua dalam banyak  aspek kehidupan dan tumbuh kembang anak. Dalam sebuah studi yang dilakukan , ditemukan bahwa keterlibatan orang tua, bahkan dalam bentuk sederhana sekalipun misalnya, membaca bersama, menghadiri pertemuan sekolah, forum orang tua, atau terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara signifikan meningkatkan hasil akademik dan kesejahteraan emosional anak. Oleh karena itu, orang tua seharusnya berusaha untuk tetap terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, meskipun dengan cara-cara kecil namun bermakna.

Salah satu tantangan yang muncul ketika orang tua menyerahkan terlalu banyak tanggung jawab kepada sekolah adalah bahwa nilai-nilai keluarga mungkin tidak sejalan dengan kurikulum formal yang diajarkan di sekolah. Dalam konteks ini, sekolah sering kali lebih fokus pada aspek akademis dan kurang memberikan perhatian pada pengajaran nilai-nilai moral dan spiritual yang lebih luas. atau sebaliknya orang tua tidak seideal sekolah sehingga anak agak mengalami split informasi antara pihak sekolah dan orang tua. 

Dari perspektif pendidikan Islam, sebagaimana yang telah disebut diatas bahawa orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Pendidikan yang ideal adalah yang mencakup pengajaran nilai-nilai agama, etika, dan moral yang tidak bisa sepenuhnya diajarkan di sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mempersiapkan anak untuk kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Ini berarti bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga tugas utama orang tua.

Langkah-langkah sederhana bisa diambil oleh orang tua untuk lebih terlibat, seperti mengatur waktu khusus untuk berkomunikasi dengan anak, mendiskusikan apa yang mereka pelajari di sekolah, dan memberikan contoh nyata tentang bagaimana nilai-nilai Islam diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengajarkan kejujuran, kerja keras, dan rasa hormat kepada orang lain bisa dimulai dari interaksi di rumah.

Sekolah juga dapat memainkan peran yang lebih kolaboratif dengan orang tua. Membangun komunikasi yang efektif antara guru dan orang tua akan membantu memastikan bahwa anak-anak menerima pesan yang konsisten di sekolah dan di rumah. Mengadakan pertemuan rutin antara guru dan orang tua, serta menyediakan platform komunikasi online, bisa menjadi cara untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka.

Sebagai kesimpulan, fenomena orang tua di Indonesia yang menyerahkan hampir semua urusan pengasuhan kepada sekolah menunjukkan adanya kebutuhan untuk mengubah pendekatan terhadap pendidikan anak. Peran orang tua tidak bisa diabaikan; justru harus diperkuat untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan pendidikan yang seimbang dan holistik. Pendidikan tidak hanya tentang prestasi akademis, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai moral yang kuat. Oleh karena itu, kolaborasi yang erat antara orang tua dan sekolah adalah kunci untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang ideal bagi perkembangan anak-anak kita.

Bersambung insya Allah dengan tema tema pengasuhan.

sobat sobat pendidik budiman, mohon koreksi nya bila menemukan ketidakpasan dalam tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun