Mohon tunggu...
Arif Prabowo
Arif Prabowo Mohon Tunggu... Administrasi - UIN KH Abdurrahman Wahid, Yayasan Al Ummah, PAUD IT/ TKIT/ SDIT Ulul Albab, SMP/SMA IT Assalaam Boardinng School

Menyukai pengelolaan Sumber Daya Manusia, Keluarga, Keayahan, masih belajar pendidikan yang bijak di era berlimpahnya informasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Cinta Anak Remaja, Jadilah Sabahat Meski Tak Dekat

27 Agustus 2024   10:25 Diperbarui: 27 Agustus 2024   13:37 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | SHUTTERSTOCK via Kompas.com

Mendengarkan di sini bukan hanya mendengar kata-kata yang mereka ucapkan, tetapi juga memahami perasaan yang ada di balik kata-kata tersebut. Remaja, pada dasarnya, membutuhkan seseorang yang mau mendengar tanpa menghakimi, yang bisa menjadi tempat mereka mencurahkan isi hati.

Dalam dunia yang semakin maju dengan teknologi, orang tua bisa memanfaatkan berbagai cara untuk tetap terhubung dengan anak-anak mereka. Mulai dari mengirim pesan singkat, video call, hingga sekadar meninggalkan catatan kecil di kamar mereka. 

Di sisi lain, penting juga bagi orang tua untuk tidak terlalu mengontrol atau mengawasi secara berlebihan. Anak remaja perlu ruang untuk tumbuh dan menemukan diri mereka sendiri. 

Sebuah studi dari American Psychological Association menunjukkan bahwa remaja yang merasa terlalu dikontrol oleh orang tua mereka cenderung mengalami stres yang lebih tinggi dan hubungan yang lebih buruk dengan orang tua mereka.

Menjadi sahabat bagi anak remaja tidak harus berarti kita selalu hadir secara fisik di sisi mereka. Melalui dukungan emosional, komunikasi yang baik, dan kepercayaan yang kita berikan, kita dapat tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka, meskipun terkadang ada jarak yang memisahkan. Cintai mereka dengan cara yang mereka butuhkan, bukan hanya dengan cara yang kita pikir terbaik.

Selanjutnya, mencintai anak remaja dan menjadi sahabat mereka juga berarti kita harus memahami tantangan yang mereka hadapi di era modern ini. Teknologi, dengan segala kemudahannya, seringkali menciptakan jurang pemisah yang tak terlihat antara orang tua dan anak. 

Banyak remaja yang lebih memilih mencari hiburan, teman, atau bahkan jawaban atas masalah mereka melalui layar gawai daripada berbicara dengan orang tua mereka. Hal ini menimbulkan kekhawatiran: apakah orang tua masih bisa menjadi sahabat bagi anak mereka dalam dunia yang begitu cepat berubah?

Sebuah laporan dari Pew Research Center menyebutkan bahwa 95% remaja memiliki akses ke smartphone, dan sekitar 45% dari mereka mengatakan mereka "hampir selalu online". Ini menunjukkan betapa besar peran teknologi dalam kehidupan sehari-hari mereka. 

Dalam situasi seperti ini, penting bagi orang tua untuk tidak hanya mengenal teknologi yang digunakan anak-anak mereka tetapi juga memanfaatkannya untuk tetap terhubung. 

Mengirimkan pesan singkat yang penuh kasih atau bahkan sekadar emoji bisa menjadi cara sederhana namun efektif untuk menunjukkan bahwa kita peduli dan selalu ada untuk mereka.

Selain itu, kita perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang dunia digital. Ini bukan berarti kita harus menjadi ahli teknologi, tetapi setidaknya kita memahami bagaimana media sosial, game online, dan aplikasi lain mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku anak-anak kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun