Bismillah,
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, baik dari segi emosi, fisik, maupun sosial. Remaja seringkali berada di persimpangan antara keinginan untuk merdeka dan kebutuhan akan bimbingan.Â
Sebagai orang tua, ada kalanya kita merasa bahwa jarak antara kita dan anak semakin jauh, terutama ketika mereka mulai menutup diri dan lebih banyak menghabiskan waktu di dunia mereka sendiri. Namun, di sinilah letak pentingnya memahami bahwa meski tidak selalu berada di sisi mereka, kita masih bisa menjadi sahabat bagi mereka.
Ada sebuah kisah inspiratif kita para orangtua tentang seorang ayah yang merasa begitu jauh dari putrinya yang beranjak remaja. Sang ayah, yang bekerja di luar kota, hanya bisa pulang seminggu sekali. Sementara sang ibu pun sering disibukkan dengan urusan rumah tangga. Mereka khawatir, apakah jarak yang tercipta ini akan membuat putri mereka merasa kesepian dan tidak diperhatikan?Â
Namun, mereka menemukan jalan keluar. Sang ayah mulai menulis surat-surat pendek yang ia kirimkan setiap hari. Surat-surat ini berisi pesan-pesan penuh kasih, pengingat akan nilai-nilai yang telah mereka tanamkan, dan juga sekadar cerita sehari-hari.Â
Putrinya, meskipun awalnya cuek, perlahan mulai menunggu-nunggu surat dari ayahnya. Di sinilah keajaiban terjadi. Meski tidak selalu berada di dekat, sang ayah tetap hadir dalam kehidupan putrinya sebagai sahabat.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa keterlibatan emosional orang tua dalam kehidupan anak remaja memiliki dampak yang sangat signifikan.Â
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harvard Graduate School of Education menunjukkan bahwa remaja yang merasa dicintai dan didukung oleh orang tua cenderung memiliki kesejahteraan emosional yang lebih baik dan lebih mampu menghadapi tekanan sosial. Mereka juga cenderung lebih terbuka dalam berkomunikasi dan lebih jarang terlibat dalam perilaku berisiko.
Namun, bagaimana kita bisa tetap menjadi sahabat bagi anak-anak kita ketika jarak fisik atau emosional mulai tercipta? Kuncinya adalah komunikasi.Â
Komunikasi yang baik bukan hanya tentang seberapa sering kita berbicara dengan anak, tetapi juga tentang bagaimana kita mendengarkan mereka.Â