Karena setiap perusahaan yang ingin maju dalam industrinya dituntut untuk mampu menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai lebih dibandingkan pesaingnya, sehingga secara komersial mampu memberikan kontribusi positif bagi perusahaan.
Mengingat pentingnya hal tersebut, PDMA Indonesia bekerja sama dengan BASFI (Badan Sertifikasi GP Farmasi Indonesia) menghelat industry gathering bertajuk “Pharmaceutical Industry: Facing ASEAN Economic Community 2015 Through Excellent Product Development” yang diselenggarakan pada Kamis 13 Maret 2014 di Auditorium PPM Manajemen dengan menghadirkan pembicara Ir. Andi Ilham Said MSOM Ph, D (Chairman of PDMA Indonesia) dan Drs. Darodjatun Sanusi Apt., MBA (Direktur Eksekutif GP Farmasi), serta turut hadir pembicara tamu Dr. Ir. Roy Sparringa M. App. SC (Chairman BPOM)
Dalam kesempatan itu Andi Ilham Said atau biasa disapa AIS menyebutkan hasil survey tahun 2013 yang dilakukan oleh CIC (Center for Innovation and Collaboration) salah satu Center milik PPM Manajemen bahwa dalam lingkup industri farmasi inovasi terjadi cukup baik, survey menyatakan 100% melakukan inovasi, paling tidak inovasi organisasi. 80% melakukan inovasi dalam pemasaran, 80% dalam inovasi produk, dan 90% melakukan inovasi proses.
“Ketika ditanya apa yang menghambat inovasi, ternyata yang paling tinggi menghambat inovasi adalah karena merasa inovasi tidak diperlukan” kata AIS.
Inovasi juga tidak lepas dari kolaborasi, karena persaingan memang terjadi walaupun dalam dunia yang sama yakni farmasi. Maka dari itu diperlukan wadah yang bisa menaungi seperti GP Farmasi yang bisa meredam gejolak persaingan dengan mendudukan bersama pelaku usaha farmasi yang akhirnya akan membangun semangat kolaborasi sehingga inovasi bisa terwujud dengan baik.
“Saatnya berubah!!!” itulah kata pembuka dari Roy Sparringa. Kata itu dirasa tepat untuk menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Menyoal MEA 2015 Roy juga menuturkan bahwa BPOM telah mengusulkan kepada Menteri Perekonomian agar tim Indonesia yang masuk berdiskusi dalam forum-forum ASEAN harus siap seia sekata dan harus sama persepsinya untuk membawa kepentingan nasional. BPOM juga siap menjadi duta untuk membawa kepentingan nasional ke kancah Internasional.
Roy Sparringa yang dilantik November 2013 lalu sebagai Kepala BPOM juga menuturkan bahwa yang menjadi perhatian mayoritas CEO didunia ialah Research and Development serta Inovasi agar bisa survive. Sedangkan kekhawatiran CEO untuk minimal 10 tahun kedepan ialah peranan dari pemerintah (Rule of Government) dan, yang tidak kalah penting, Teknologi.
“Dewasa ini kalau Teknologi tak dipunya maka matilah industri itu” kata Roy.
Dari dua kekhawatiran itu maka dalam dunia farmasi dapat diambil peranan masing-masing, urusan Rule of Government itu diranah BPOM. Dan Teknologi menjadi ranah Industri.
“Sejatinya industrilah yang lebih tahu akan dinamika perindustriannya dan biarkan kami pemerintah yang memfasilitasi” lanjut Roy.
Kepentingan Nasional bisa berhasil kalau Akademisi, Bisnis, dan Government serta Masyarakat berkolaborasi.
"Menghadapi MEA bukan pilihan, tapi kebutuhan industri farmasi nasional untuk bersaing di pasar regional, menguasai pasar domestik, dan pertumbuhan ekonomi nasional." imbuh Darodjatun Sanusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H