Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Patuh

23 Februari 2023   11:56 Diperbarui: 23 Februari 2023   12:09 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Joni, "Kudengar kau selalu bertengkar, apa sebabnya?"

Minten, "Aku diminta patuh menuruti kehendaknya. Gengsilah! Memangnya dia siapa?"

Joni, "Memangnya dia siapa?"

Minten, "Bukan siapa-siapa sih!"

Joni, "Kalau bukan siapa-siapa, mengapa kepo banget tuh minta patuh-patuh segala."

Minten, "Gak tau tuh, gak jelas banget!"

Joni, "Kalian kenal di mana?"

Minten, "Gak tau. Kebetulan aja kenal. Di sosmed juga enggak. Di dunia nyata apa lagi."

Joni, "Terus dia minta kamu potah-patuh itu lewat apa?"

Minten, "Gak tau juga. Beritanya gak jelas gitu."

Joni, "Lalu kalian bertengkarnya di mana?"

Minten, "Gak tau. Masa bodoh akh! Gak penting-penting amat."

Joni, "Kalau gak penting amat mengapa sampai bertengkar?"

Minten, "Au akh! Gelap!"

Minten pun berlalu. Joni masih saja bengong. Padahal niatnya hanya membuka obrolan untuk pedekate sama si Minten. Salah ucap saja. Kenapa juga menanyakan masalah pribadinya. Batal sudah kalau begini caranya.

Tapi ngomong-ngomong, yang bohong ini beritanya atau keterangan Minten sih?

Sebenarnya kalau patuh pada hal yang dianggap baik, apa salahnya juga dipatuhi. Toh kebaikan akan datang untuk dirinya. Pasti tak akan datang pada orang lain.

Cukup patuh saja, aman damai terkendali. Kecuali padahal yang merugikan atau merusak norma yang ada.

Murid patuh pada guru, tak ada guru yang ingin menyesatkan muridnya. Anak patuh pada orangtua, tak ada orangtua yang ingin menyengsarakan anaknya. Isteri patuh pada suami, tak ada suasana keluarga yang akan dirusak setelah demikian dibina.

Lantas apa yang salah? Patuh mengikuti keinginan guru, orangtua, suami mungkinkah akan membuat gengsi?

Seperti Minten, seperti Joni, dan sekian banyak manusia lain menganggap patuh menjadi beban dalam hidupnya. Jika ingin bebas gampang! Jangan berhubungan dan terikat dengan orang lain. Maka tak ada kata patuh yang perlu dilakukan. Tak akan ada gengsi jika mematuhi. Tentu saja tak akan ada kata sakit hati.

Kalau anjing saja bisa patuh mampu menjadi pelacak dan pemburu handak, kemudian disayang majikannya. Apalagi jika mereka yang dipatuhi adalah orang-orang yang begitu mencintai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun