Aku yang Terdiam Membisu
Ibarat segenggam beras tersisa, setelah berminggu ia cari kemana-mana. Lelah tak terkira, lapar jangan ditanya
Dari mulut saudara, satu persatu, kakak tertua hingga si bungsu yang teramat jaya. Ada yang membawakan api dan nyalanya, tungku bersih siap guna, air perebus lengkap dengan alat minumnya
Teh, kopi, susu, aneka sarirasa pada baki besar di depan mata. Ia duduk mengamati, menggamit asa yang sejak kemarin siang serasa hilang
Malam ini lahir kembali, tungku akan siap menanak nasi lengkap dengan menu jadi inspirasi
Tergoda janji manis,
Aku geleng-geleng kepala
Semudah itukah?
Padahal sekian lama tanganku menggaruk-garuk tanah
Kuku kian panjang, kotor menghitam
Hanya ingin agar rumput tak lagi tumbuh
Semak tak menggangu nikmat
Aku salah satu dari penonton yang mengamati adegan ini hanya berpikir, saat mulut itu kembali menyuap di tempat lain. Sibuk dengan anak dan peranakan, bagaimana jika penggamit asa kembali sirna
Sungguh tak ada jaminan teriakannya terdengar lagi
Keluh kesah aku dengar sendiri
Sampai detik ini masih tersembunyi dari mereka
Yang ia tahu, nanti bakal pulih seperti sediakala
Sambil meneteskan air mata,
Hanya aku yang tahu
Sangat aku tahan
Aku tak ingin derita kami tampil ke permukaan
Inilah sebuah kesalahan!
Jika sekali menatap
Tembus pandang, yang terlihat hanya permukaan
Jika berkali-kali menatap
Kau akan tahu, ada sekian banyak ranting dan semak
Lengkap dengan duri yang siap menyakiti dan membuat sesak
Sungguh tak ada jaminan teriakannya terdengar lagi
Keluh kesah akan aku dengar sendiri
Aku harus bagaimana?
Menjelaskan secara detail sepertinya akan sia-sia
Cara pandang
Cara memandang
Cara menganggap gampang
Cara mendapatkan keajaiban
Bagai siang dan malam
Jika aku diam saja
Ini juga sebuah kesalahan!
Segenggam beras jelas tak sama dengan segudang gabah kering
Seperti musim panen, harusnya burung pipit pun sempat berpesta
Nyatanya ia juga menahan lapar karena kebanjiran
Walau aku bukan bagian dari mereka, aku adalah pendamping pelaku utama
Hari-hari bersentuhan dengan airmatanya
Aku harus bagaimana?
Jika aku diam
Jelas sebuah kesalahan!
Sementara aku berpikir keras
Satu persatu saudara-saudaranya berlalu
Aku kini sendiri
Terdiam dan membisu
Tb, 26 Maret 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI