Saksi yang Tersisa
Ia masih tak berubah sedikit saja
Pernah geli menikmati tingkah kita
Nakalnya bocah teka
Binalnya kuda gila
Puting beliung terjang rumah-rumah warga
Mengaduk-aduk rasa
Saat dua nyawa duduk di sana
Entah karena cinta
Atau sekadar napsu lelaki dan perempuan dewasa
Menjadi istimewa
Sepuluh tahun lalu,
Tiga tahun lalu
Dan saat ini aku berdiri menatap pilu
Di mataku masih duduk di situ
Berharap terulang masa itu
Seolah kuasa memutar sejarah syahdu
Kau dan aku
Empat puluh tiga teman jadi saksi keintiman
Dalam sebuah pesta pelatihan
Cinta liar jadi selingan
Dan kita lupa!
Ada nyawa lain memegang janji setia
Kau dan aku masing-masing ada dia
Kita lupa telah melalukan dosa
Kini, saat mendekati senja
Layar ingatan ingin melupakan semua
Sayangnya tak bisa
Satu sesal telah kita coba
Saling melupakan peristiwa
Berusaha mencuci mata
Isi kepala
Lewat aksara dari Tuhan semesta
Kita masih tetap berusaha
Memohon ampun sepanjang sisa usia
Saat ingat, pertanggungjawaban akan kita terima
Airmata menetes menyesalinya
Seperti telur pecah di lantai,
Semakin lama akan membusuk
Bau tetap akan menyebar kemana-mana
Menyebar dalam dada
Mengganggu amal ibadah kita
Kau dan aku masing-masing ada dia
Walau tak paham buih mendidih dalam rongga dada
Ia akan tetap merasa,
Dinginnya sajian malam sisa
Meminta maaf, itu saja
Saksi yang tersisa
Membimbing kita menjadi lebih baik nantinya
Untuk tidak mengulangi, atau bercerita
Dan noda ini akan membekas kuat menjadi nyawa
Tb, 24 Maret 2021