Bagaimana pun bagusnya prestasi kerja, namun saat dini hari ternyata mengantuk di tempat kerja akan mendapat peringatan. Bisa saja akhirnya di PHK, atau keluar dengan sendirinya.
Dalam ukuran standar, malam hari memang waktunya istirahat dan tidur. Tapi jika kondisi memaksa agar mereka masuk kerja, apa mau dikata?
Jadi lagu begadang jangan begadang, kalau tiada artinya. Begadang boleh begadang kalau ada perlunya. Cocok di zaman sekarang. Mau tidak mau setiap anak dipersiapkan untuk terbiasa begadang sebagai antisipasi jika nanti terpaksa bekerja di tengah malam.
Seorang teman pernah bercerita, mulanya katanya sejak kecil ia tidak pernah begadang. Peraturan di keluarganya memaksa setiap anggota keluarga harus masuk kamar dan tidur sebelum pukul 23 malam. Lantas setiap pukul 4 pagi semuanya dibagungkan.
Akibatnya begitu bekerja tengah malan, katanya berbulan-bulan ia harus menyesuaikan diri. Badannya hingga kurus kering. Setelah tiga tahun baru terbiasa.
Jadi bagaimana pun alasannya bahwa dini hari adalah waktunya istirahat dan tidur akan terkalahkan oleh dunia kerja. Kata orang, uang punya kuasa. Seperti itulah.
Oleh karena itu, tak bisa disalahkan ketika ada anggota keluarga kita yang ternyata gemar begadang. Siapa tau nanti pada saat memasuki dunia kerja. Ia bekerja di tempat yang menggunakan sistem tiga shif.
Jika ia tidak terbiasa begadang akan sangat sulit untuk membiasakan mereka bekerja malam hingga dini hari. Kita tidak mungkin protes kepada perusahaan yang menerapkan sistem tersebut.
Apalagi saat malamar kerja kemudian diterima ada peraturan dan kontrak yang telah ditandatangai. Yaitu, sanggup bekerja dengan sistem tiga shif. Bekerja tengah malam (dini hari) salah satunya.