Ketika yang Mati Jadi Tersangka!
Setiap kita adalah tersangka
Dengan banyak salah atau setitik noktah
Peradilan itu nyata
Pesakitan akan berdiri, keringat dingin tak lagi mampu membasahi diri
Di tempat itu penjara telah menanti
Bahkan telah mengelilingi
Siap mengurung sejak saat
Kita semua masih belum berteman ari-ari
Yang punya mata ia akan berkata
Yang punya kaki ia akan jadi saksi
Tang punya tangan ia akan mengabarkan
Mulut tertutup tersebab sering berucap seperti kentut
Saat malam tanpa bintang, langit ditutupi kabut tebal awan
Gelap pekat, ketakutan berkelindan erat
Buluk kuduk berdiri cagat
Saat itu, ketakutan akan sangat
Dahsyat dan hebat
Jika berita itu nyata telah sampai ke telinga
Jika lukisan jalan tanpa gelombang dipajang di tempat terang
Lalu apalagi yang membuat bimbang
Atau hilang kepercayaan
Saat hujan deras
Banjir bandang menghantam
Tikus dan ular sama-sama menjadi pesakitan
Siap-siap melarikan diri mencari keselamatan
Lapar ia tahan
Hanya melirik lalu ludah ditelan
Baginya lebih penting dari pada hanyut dan tenggelam
Pada saat itu ular dan tikus bebas dari penghakiman
Ia mati dan tak jadi tersangka
Namun demikian ia berusaha keras menghindarinya
Saat tangan-tangan kekar dalam mencakar-cakar
Kukunya berdarah
Menyisakan luka bernanah
Membekas hingga seluruh tulang dan daging bebas
Ia adalah pesakitan
Meninggalkan rasa sakit bagi yang ditinggalkan
Namun yang mati pun tetap jadi tersangka!